Berita Surabaya

Ironi Produksi Kerupuk di Pesisir Pantai Kenjeran, Generasi Muda Enggan Melanjutkan

Kawasan kecamatan Bulak di Surabaya sudah tersohor sebagai sentra kerupuk hasil olahan tangkapan laut. Namun sayang, tak banyak generasi muda tertarik

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Eben Haezer Panca
Surabaya.tribunnews.com/Habibur Rohman
Warga Sukolilo menjemur kerupuk ikan hasil tangkapan laut. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak Surabaya sudah sejak lama dikenal sebagai daerah pengelolah hasil tangkapan laut.

Secara turun temurun, hampir kebanyakan keluarga memiliki pekerjaan rumahan sebagai produksi berbagai macam olahan kerupuk.

Tak terkecuali Kasiami (64). Perempuan tiga anak ini bersama keluarga memiliki usaha rumahan yang sama, yaitu membuat kerupuk sejak puluhan tahun. Terbukti usahanya itu menurun kepada putrinya Ervina (41) hingga saat ini.

Namun Kasiami mengeluh, beberapa cucu yang tinggal bersama dirinya tak mau membantu bisnis keluarga mereka. Perempuan asal Surabaya ini mengaku dirinya tinggal bersama tiga orang cucu, dua cucu terpaksa mengikutinya karena ibu dan ayah mereka sudah tiada.

"Anak-anak sekarang susah diajak membuat kerupuk. Mereka kerja di pabrik, sepulang kerja alasannya capek dan tidak bisa membantu. Padahal kalau tahu wirausaha itu lebih enak," tuturnya, Selasa (13/1/2017).

Karena tidak ada yang membantu, Kasiami tak bisa sewaktu-waktu memproduksi. Karena usia, bahkan dirinya sudah jarang membuat kerupuk atau seadanya, tidak dalam jumlah besar. Selebihnya menjadi buruh penggoreng di usaha milik tetangga sebelah.

"Anak-anak kalau sudah pintar lebih memilih pekerjaan lain. Mana mau mengerjakan perkerjaan berat seperti ini," tambahnya sambil menggoreng kerupuk produksi keluarga lain.

Sebagai anak dari pengusaha kerupuk sekaligus orangtua, Ervina (41) tetap ingin putra dan putrinya melanjutkan usaha keluarga. Karena keuntungan bisa 100 persen dinikmati, ketimbang menjadi buruh di pabrik.

"Saya tidak tahu bagaimana cara pola berpikir mereka. Banyak keluarga yang punya usaha kerupuk di sini akhirnya gulung tikar. Itu karena saat dipegang sang anak, mereka tidak telaten alias tidak sabar. Jadi waktu musim paceklik mereka berhenti. Padahal sesudah musim paceklik itu pasti banyak orang mencari kerupuk," terangnya.

Sementara ini kerupuk yang banyak diproduksi warga Sukolilo Baru adalah Kerupuk kerang lorjuk, kerupuk kupang, kerupuk cumi, dan kerupuk kepiting. Semua menggunakan bahan-bahan hasil laut Pantai Kenjeran Surabaya.

Lebih Enak Kerja di Pabrik

Apa yang dikeluhkan Kasiami ternyata dibenarkan Mila Maulani (20) cucu Kasiami. Menurut gadis berkerudung ini bekerja sebagai pembuat kerupuk kurang ia minati karena hanya dikerjakan di rumah dan tidak ada teman yang membantu.

"Aku nggak mau nerusin usaha bikin kerupuk. Paling produksi di rumah ketemu sama keluarga. Kalau bekerja di pabrik lebih enak karena ketemu banyak teman, jadi ada hiburan," celetuknya polos.

Mila melanjutkan, banyak teman sebayanya juga memilih bekerja pada orang lain. Karena sudah pasti hasilnya dan pekerjaannya tidak terlalu berat.

"Saya sering dimarahi, disuruh membantu biar tahu caranya. Tapi saat ini saya belum tertarik. Apalagi masih muda, kebanyakan teman-teman saya sekolah juga begitu. Membuat kerupuk itu ribet," katanya lagi.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved