Opini

OPINI - Budaya Meme dan Kritik Politik

BERTEBARNYA meme seputar fenomena begal di Pasuruan adalah pertanda bahwa kritik dan opini bisa dikirim dengan bebas, cepat, tetapi tajam.

Facebook
Meme-meme begal dibuat masyarakat Pasuruan untuk merespon maraknya aksi begal di tempat tersebut 

Oleh Rendy Pahrun Wadipalapa, Dosen Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga, Surabaya

Membanjirnya kiriman gambar meme di media sosial mengenai Pasuruan sebagai tempat favorit begal menunjukkan beberapa hal penting.

Pertama, bahwa dalam lalu lintas masyarakat informasi sekarang ini sebuah kritik dan opini bisa dikirim dengan bebas, cepat tetapi sekaligus tajam.

Kedua, bahwa dari sana akhirnya bisa membentuk sebuah efek bola salju: terus membesar dan menghantam. Ketakhadiran negara dalam menggaransi keamanan masyarakat Pasuruan dari begal, adalah salah satu hal yang hendak dihantam.

Ekspresi Visual-Kreatif

Gejala ini seringkali disebut sebagai gejala budaya meme (meme cultures). Meme menampilkan kombinasi antara gambar foto slide dan teks, serta ditujukan untuk merespons suatu isu yang sedang menjadi perbincangan diskursus sosial.

Situasi ini ditandai dengan ekspresi visual-kreatif yang mengambil tema-tema terkini. Meski dapat disampaikan dengan cara-cara yang positif, tidak menutup kemungkinan kritik atau bentuk opini lain yang disampaikan via meme bernada tajam.

Dalam konteks Indonesia, hal ini banyak dilihat dalam hubungannya sebagai respons ekspresif masyarakat pasca tekanan dan ketertutupan Orde Baru lenyap. Pelbagai isu-isu sosial-politik berkembang menjadi diskursus publik melalui internet, diperbincangkan secara intens, sekaligus diproduksi dan disirkulasikan ulang secara massif.

Istilah “meme” pertama kali dikemukakan oleh Richard Dawkins dalam buku The Selfish Gene, yang merujuk pada “unit imitasi dan transmisi budaya dalam gen” (1976).

Perluasan definitif dari istilah biologis pada konsep Dawkins ini kemudian dipakai untuk menunjuk gejala umum tentang meme cultures di internet, menjadi sebuah cara dimana ide diimitasi, disebarkan, dan dimediasi dari orang ke orang, lewat interaksi atau pembicaraan, baik melalui medium analog maupun digital (Brunello, 2012).

Namun demikian, diambilnya meme sebagai metode ekspresi pesan adalah konsekuensi logis dari dua hal berikut.

Pertama, ini memantulkan macetnya saluran kritik kelembagaan yang ajek, sehingga meruapnya meme lebih bermakna sebagai cara untuk mengatasi keputusasaan yang sering tidak didengar.

Kedua, hal ini adalah pertanda yang sangat jelas dari menguatnya arus besar masyarakat informasi, yang berlandas tumpu pada literasi digital dan keahlian mengoperasikan teknologi informasi.

Kasus begal Pasuruan--dan beberapa kasus sejenis lainnya--telah menjadi bagian dari 'teks informasi' yang diolah menjadi wacana satire tertentu.

Budaya meme, dengan kata lain, adalah satu cara untuk menghardik negara agar secara serius mendengarkan keluhan, kritik, sekaligus input positif dari warga negara.

Resiko Meme

Pada satu sisi partisipasi publik menguat drastis dalam mengisi kritik-kritik atas pemerintahan lokal, atau Negara dalam pengertian luas. Pada sisi lain, eskalasi perbincangan itu diperantarai terutama oleh medium internet—lewat pelbagai fasilitas media sosial atau forum interaktif lainnya semacam meme. Dengan gambaran kombinasi antara internet dan kritik politik, maka meme cultures berada pada zona-antara tersebut sambil memainkan peran partisipatorisnya.

Meski dapat menjadi demikian bermanfaat dan sangat kuat, meme cultures menyimpan beberapa resiko yang harus ditangkis. Resiko anonimitas pengguna pengirim meme adalah salah satu yang acapkali disalahgunakan.
Individu dapat memalsukan informasi atau mengirim konten yang tidak pantas, dan merasa dapat bebas dari segala tuntutan karena ia dapat menyembunyikan identitasnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan perangkat etis atau hukum untuk menjegal resiko ini.

Baca: Heboh Begal di Pasuruan, Netizen Khawatir Keselamatannya, Pilih Sebarkan Meme Sindiran

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved