Berita Kampus Surabaya

Ingin Membuat Kefir dengan Sari Buah? Simak Caranya Berikut Ini

Pembuatannya cukup mudah, cuma saringan dari buah yang belum matang sama air. Dikasih biang (starter atau bakteri) sudah bisa jadi minuman mahal

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Yuli
SURYA/HABIBUR ROHMAN
KEFIR BUAH - Dosen Fakultas Teknologi Pertanian UKWMS Ira Nugerahani memaparkan pembuatan dan pengemasan "Kefir Buah"di Lab Mikro Biologi FTP kampus UKWMS Dinoyo, Selasa (18/10/2016). Kegiatan berskala nasional ini diikuti peserta dari berbagai usia dan daerah.  

SURYA.co.id | SURABAYA - Produk fermentasi banyak digemari masyarakat saat ini. Bahkan, kefir yang biasanya merupakan produk susu, kini mulai dimodifikasi dengan menggunakan sari buah. 

Puluhan warga Surabaya yang tertarik dalam pengolahan sari buah menjadi produk fermentasi  yang akrab disebut kefir buah ini mengikuti pelatihan membuat kefir di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknologi Pangan (FTP) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Selasa (18/10/2016).

Peserta asal Jember, Islamiah (29), mengungkapkan pengolahan bahan pangan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi sangat dibutuhkan.

Untuk itu, ia dan sejunlah temannya mengikuti pelatihan dalam membuat produk kefir buah. Apalagi buah yang digunakan merupakan berbagai macam buah yang nilai ekonominya masih rendah. Seperti jambu, nanas, nangka, dan juga apel.

“Pembuatannya cukup mudah, cuma saringan dari buah yang belum matang sama air. Dikasih biang (starter atau bakteri) sudah bisa jadi minuman mahal,” jelas anggota Koperasi Primadanata Jember ini.

Dalam pelatihan pembuatan kefir buah ini, dosen FTP, Ir Ira Nugerahani Msi menjelaskan pembuatan kefir secara sederhana. Iapun menunjukkan sejumlah kefir dan wine yang merupakan produk fermentasi buah. Keduanya diberi starter atau bibit yang berbeda, karena mengubah kandungan sari buah menjadi komposisi yang berbeda pula.

“Kalau di laboratorium kami pakai botol kaca, dan ditutup. Tapi penutupnya kami beri alat untuk mengalirkan CO2 yang dihasilkan bakteri. Agar botol tidak melembung dan pecah,”paparnya.

Secara sederhana ia mencontohkan botol air mineral sebagai wadah. Sari buah ini di masukkan kedalam botol bersama starter. Jumlah starter yang diberikan yaitu 10 persen dari jumlah sari buahnya.

Setelah itu botol ditutup dengan penutup yang sudah diberi selang, selang ini dihubungkan pada air mineral kemasan tertutup. Sehingga tidak ada udara yang membawa bakteri lain masuk ke dalam calon kefir.

“Didiamkan saja 24 jam, nanti terlihat ada buihnya, tandanya susah ada udara dari hasil berkembangnya bakteri. Setelah itu bisa dipindah ke lemari pendingin,” tuturnya.

Dikatakannya, kefir merupakan produk yang tidak bisa tahan lama. Bibit kefir terdiri atas granula (butiran) mulai seukuran biji gandum sampai biji kenari. Butiran itu tumbuh dari ukuran sangat kecil dan terus tumbuh selama penyimpanan.

Sebanyak 50 g butiran kefir basah dapat tumbuh menjadi dua kali lipat dalam 7 - 10 hari. Jika dipindahkan ke dalam 500 ml sari buah enam kali seminggu.

“Maksimal 1 minggu di lemari pendingin, setelah itu dipindah saja ke sari buah yang baru. Karena bakterinya bisa berkembang lagi,”jelasnya.

Dikatakan Ira, selama proses fermentasi terjadi perubahan biokimia dari substrat akibat aktivitas bakteri asam laktat dan kamir alkoholik. Keasaman kefir meningkat, juga terbentuk karbon dioksida sehingga produk mempunyai rasa karbonat. Perubahan itu membentuk cita rasa kefir yang diinginkan.

“Bakteri asam laktat dalam kefir mempunyai berbagai manfaat untuk kesehatan. Di antaranya sebagai probiotik yang dapat menekan pertumbuhan bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan, karena bakteri asam laktat memproduksi senyawa anti mikroba. Selain itu kefir juga dapat menurunkan kolesterol, anti kanker. dan bagus untuk antioksidan," jelasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved