Berita Gresik
Wisata Mangrove di Pulau Bawean Makin Asyik Berkat Kerja Keras Komunitas Ini
#GRESIK - Sambil naik Jukung, wisatawan dapat menikmati keindahan Pulau Noko Selayar dari kejauhan yang berpadu dengan Sungai Rujing dan laut.
Penulis: M Taufik | Editor: Yuli
Menurut Subhan, luas mangrove yang ditanami mencapai sekitar 35 hektar. Dan yang masih dalam proses pengembangan ada 25 hektar.
Ada sembilan jenis pohon, mulai Nipah, Yinjang, Api-api, Nyiri dan sejumlah pohon mangrove lain.
Diceritakannya, upaya mengelola mangrove tersebut berawal dari keprihatinan masyarakat terhadap pantai yang rusak akibat penambangan pasir dan penebangan pohon secara ilegal. "Waktu itu sudah terjadi abrasi besar-besaran.
Saat laut pasang, berhektar-hektar sawah warga rusak dan tidak bisa panen," kisah Subhan.
Tahun 2008 atau sekitar sepuluh tahun lalu, para pemuda dan masyarakat Daun sepakat untuk memerangi pembalakan liar dan mulai menanam mangrove guna melestarikan alam mereka. Dengan komitmen yang kuat, upaya itu berhasil meski sempat mendapat perlawanan dari sejumlah pihak.
Hingga setahun lalu, Mangrove Desa Daun berkembang menjadi edukasi wisata. Selain menarik perhatian wisatawan, juga berhasil menarik kepedulian pemerintah dari tingkat kabupaten sampai provisi.
Bahkan, sekarang ini sudah ke level nasional karena Hijau Daun merupakan wakil Jatim di tingkat nasional.