Lebaran 2016
Kisah Petugas Pos Kesehatan Stasiun, Ely Pernah Dianggap Perawat Tak Profesional
"Ada kebanggan tersendiri bisa membatu orang sakit saat mau mudik. Bangga bisa memberikan mereka pertolongan pertama," katanya.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Parmin
"Saya kasihan sama dia , akhirnya saya antar dia ke polsek minta rekomendasi untuk dirawat ke dinsos. Bapak itu tertolong dan biaya pengobatannya ditanggung sama Dinsos," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Wahyu mengaku juga pernah menangani pemudik hingga meninggal dunia. Ia menceritakan, kala itu, pemudik mengidap penyakit jantung. Menurutnya, penumpang itu sedang dalam perjalanan kereta menuju Jakarta.
"Sayangnya saat saya mau rujuk dia ke rumah sakit, nyawanya tak tertolong. Selama perjalanan, yang bersangkutan sakaratul maut," imbuhnya.
Selain itu, pria asal Tulangan , Sidoarjo ini mengaku pernah menolong orang yang sengaja menabrakkan diri ke badan kereta api saat melintas. Pengalaman itu didapatkannya saat bertugas di Madiun.
"Jadi saya dapat laporan kalau ada orang bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke kereta. Saya cek ternyata dia masih bernapas meskipun kondisi tubuhnya berantakan," paparnya.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk menolong orang itu. Namun Tuhan berkata lain, orang yang bersangkutan meninggal dunia setelah sempat dirawat dua jam di rumah sakit.
"Rasanya kalau bisa menolong dan terselamatkan itu ada kepuasaan batin tersendiri. Tapi kalau gagal atau orangnya meninggal itu rasanya sedih banget. Namun pedoman saya akan melakukan semaksimal mungkin," tandasnya.
Apa yang dirasakannya saat menangani orang meninggal dunia atau saat sakaratul maut? Ia mengaku awalnya sempat nervous saat menangani orang yang sudah sakaratul maut. Ia menyebut tidak banyak yang bisa dilakukannya secara medis.
"Saya hanya bisa membimbing mereka untuk istighfar dan sholawat saja. Kadang ya gak tega melihatnya karena mereka kan mau pulang kampung toh, tapi justru meninggal dunia," imbuhnya.
Wahyu menegaskan, semua itu dilakukannya secara ikhlas. Ia tak pernah mengeluh meski banyak pemudik yang antre untuk diperiksa kondisi kesehatannya. Bahkan, ia pun rela tidak merayakan lebaran bersama istri dan anaknya di kampung halaman.
"Saya sudah biasa seperti ini, allhamdulillah istri dan anak saya sudah bisa memahami dan mengerti pekerjaan saya," paparnya.
Sedang Ely, petugas posko kesehatan lainnya mengaku selama ini sudah ribuan pemudik yang ditanganinya selama bekerja kurang lebih delapan tahun.
"Ada kebanggan tersendiri bisa membatu orang sakit saat mau mudik. Bangga bisa memberikan mereka pertolongan pertama," katanya.
Ely mengungkapkan, mayoritas pemudik yang pernah dirawatnya adalah pemudik yang sakit dalam kategori ringan. Berbeda halnya dengan yang dialami oleh dr Wahyu.
"Paling sering ya orang sakit kepala, mual, sakit perut, demam dan sebagainya. Allhamdulillah belum pernah merawat orang yang sakit sampai meninggal dunia, semoga aja tidak pernah karena saya juga takut," terangnya sambil tersenyum.
Kendati demikian, dikatakan Ely bahwa tidak mudah merawat pemudik yang sakit. Ia menuturkan, ada beberapa mudik yang terkadang agak susah diperiksa tubuhnya.
"Pernah ada orang mau saya periksa tekanan darahnya loh justru marah, dia menganggap saya tidak bisa menjadi perawat (tak profesional). Tapi saya tidak marah dan berusaha menenangkannya," pungkasnya.