Lebaran 2016

Gabungkan Profesionalisme dan Kehidupan Religi Dalam Setiap Tugas

Itulah yang menjadi pegangan saat menjabat sebagai Komandan Wing Udara 1 Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda.

surya/sri handi lestarie
Komandan Wing Udara 1 Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Kolonel Laut (P) Muhammad Tohi 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kebiasaan menggelar salat berjamaah dan mengaji di bulan Ramadan, berusaha dilakukan Kolonel Laut (P) Muhammad Tohir, di manapun bertugas.

Menurutnya, profesionalisme dalam bertugas dan kehidupan religi sama-sama memiliki peran penting dalam keberhasilan.

Itulah yang menjadi pegangan perwira menengah yang mulai 9 Mei 2016 lalu menjabat sebagai Komandan Wing Udara 1 Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda.

“Bagi saya saat tugas terbang, kesiapan teknis harus didahulukan. Selanjutnya, berdoa menjadi bagian penting yang tidak boleh dilupakan,” kata Tohir, mengawali obrolan saat ditemui di komplek Pangkalan Udara AngkatanLaut (Lanudal) Juanda, Sidoarjo, Kamis (30/6/2016).

Lebih lanjut, Tohir menyebutkan, bertugas sebagai pilot yang menerbangkan pesawat TNI, memiliki resiko yang tinggi.

Perwira kelahiran Mangun Jaya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ini mengaku, saat terbang, separuh nyawa dititipkan ke Tuhan dan separuh nyawa dipakai menerbangkan pesawat.

“Saat sudah mendarat dan berhasil, berarti titipan itu bisa diambil dan jadi satu lagi di darat. Bila tidak bisa mendarat, berarti titipan itu diambil bersama yang separuhnya,” ungkap Tohir.

Karena itu, dirinya percaya bila dalam setiap menjalankan kehidupan selalu ada tangan Tuhan yang mendukung. Soal tatacara berdoa, sebagai penganut Islam, Tohir mengaku tidak ada ritual khusus.
Misalnya seperti foto pilot TNI AL yang sempat menjadi ramai di media sosial, yang berdoa khusyuk di moncong pesawat.

“Tidak ada ritual khusus. Sebelum melaksanakan tugas, selalu ada briefing dan pengecekan teknis seluruhnya. Kami mengawalinya degan doa bersama. Profesional dalam pengecakan secara teliti kemudian mengakirinya dengan doa juga,” lanjut komandan kelahiran 20 Januari 1973 itu.

Untuk profesionalisme yang ditunjukkan, Tohir selalu meminta tim-nya untuk mengecek secara tuntas. Dan siap terbang bila benar-benar secara teknis siap.

Bila ada sedikit saja yang kurang, walaupun itu sepele, Tohir tidak akan terbang. Tidak ada main-main dalam bertugas, semuanya harus 100 persen.

Alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan 41 tahun 1995 ini memiliki keahlian menerbangkan helikopter. Di antaranya jenis Bolkow-105, N Bell 412, Dolphine AS 365 dan lainnya.

Sebelum berdinas sebagai Dan Wing Udara 1, suami dari Febri Opi Persadasari dan ayah dari Muhammad Azka D ini, menjabat sebagai Komandan Wing Udara 2 di Tanjung Pinang. Tahun 2015 lalu, dirinya juga masuk dalam tim operasi Air Asia di tahun 2015 lalu.

Pengalaman operasional membuat Tohir harus mampu terbang dan landing diatas dek kapal. Kemudian melakukan pantauan dan penyisiran untuk mencari jenasah-jenasah para korban dan bangkai pesawat.

“Alhamdulilah, karena selalu mengedepankan perencanaan teknis dan doa yang sungguh, saat terbang, kondisi cuaca selalu diberi baik. Tidak sampai tiba-tiba masuk ke cuaca buruk,” cerita Tohir.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved