Berita Tuban
Sales Biasa yang Ciptakan Kopi Mix Mak’e, Sebulan Omzetnya Rp 200 Juta
. Kopi ini memiliki khasiat meningkatkan stamina pria dan rasanya beda, lebih segar dan harum,” katanya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Penulis: Iksan Fauzi | Editor: Yoni
SURYA.co.id | TUBAN - “Pada prinsipnya, wirausaha itu dikondisikan seperti orang kepepet (terjepit). Kalau tidak kepepet tidak muncul ide-ide brilian. Saya ingin bersaing dengan perusahaan kopi besar,”
Itulah pernyataan yang muncul dari benak pikiran Agus Wibowo (40), pengusaha Kopi Mak’e asal Tuban saat ditemui SURYA.co.id di rumahnya di Jalan Desa Pakel, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban, jawa Timur, Sabtu (14/5/2016) siang.
Saat ini, usaha kopi milik Agus mendatangkan omzet hingga Rp 200 juta per bulan.
Agus bukanlah penghobi minum kopi. Malahan, sejak remaja, ia jarang sekali pergi ke warung untuk pesan kopi. Kendati demikian, ia telah sukses menciptakan cita rasa kopi khas racikannya ala kopi mix.
Usaha itu dirintis karena melihat hobi orang Indonesia minum kopi. Itu merupakan peluang besar baginya.
Sebelum merintis usaha kopi Mak’e, Agus bekerja di perusahaan jamu selevel nasional selama 12 tahun. Selama di sana, ia menjadi marketing di perusahaan tersebut.
Berkat kerjanya, omzet penjualan jamu turut naik. Namun, gaji Agus setiap bulan tak kunjung naik.
Namanya perusahaan, selalu memberi upah karyawannya disesuaikan standar kemampuan perusahaan.
Meski sang marketing mampu meningkatkan omzet penjualan jamu, tapi gajinya tetap tak berubah setiap bulannya.
Sementara, kebutuhan hidupnya selalu naik dari tahun ke tahun.
Kegelisahan itu menghinggapi pikiran Agus. Ia lantas keluar dari perusahaan tersebut dan nekat membuka grosir pelbagai ragam produk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Kini, usaha itu masih berjalan dan dikendalikan istrinya.
“Kita bekerja di perusahaan digaji sebulan sekali, kalau punya usaha sendiri kan enak setiap hari bisa mendapatkan uang. Modal saya ya cuma ilmu marketing (pemasaran) saja, kopi saja saya tidak suka,” kata Agus.
Pikiran Agus tak berhenti sampai di situ. Tahun 2009, ia mencoba-coba membuat produk kopi. Bermodal uang Rp 250.000, ia membeli biji kopi mentah dari Temanggung, Jawa Tengah dan Malang, Jawa Timur, lalu digoreng hingga ditumbuk menjadi kopi bubuk.
Kopi racikannya dipasarkan di warung-warung sekitar Tuban. Lambat laun, pesanan semakin banyak. Agus butuh modal tambahan.
Ia mengajak temannya bekerjasama. Ia lalu meminjam uang sebesar Rp 20 juta dari sebuah bank untuk menambah modal. Bukannya usahanya tambah maju, uang pinjaman bank itu malah dibawa lari temannya ke Riau, Pulau Sumatera.