Wirausaha
Juragan Velg Sering Ditolak Cewek Saat Masih Jadi Tukang Tambal Ban
#SIDOARJO - Dia berkisah, sempat dihina saat menjadi tukang tambal ban. Bahkan, banyak cewek yang didekatinya menolak karena pekerjaannya.
Penulis: Miftah Faridl | Editor: Yuli
Cak Dar mendatangi seorang temannya yang lama berbiasnis velg. Dia lantas meminjam velg itu untuk dijual. Hasilnya lumayan. Sedikit demi sedikit, Cak Dar punya tabungan. Uangnya lantas dipakai untuk membeli mobil butut. Mobil itu untuk menyimpan velgnya.
"Di Buduran saya kontak bangunan semi permanen. Jadi kalau velg ditaruh sana, ya was-was juga," ujarnya.
Ketika baru merintis usaha, tempatnya berjualan kena gusur. Cak Dar kehilangan banyak pelanggan. Dia akhirnya kembali ke Jalan Mayjen Sungkono.
Di jalan inilah jalan hidup Cak Dar berubah. Dari tukang tambal ban, kini dia berubah menjadi juragan velg. Sempat dua kali berpindah tempat usaha di jalan itu, sejak 2013 Cak Dar menempati bangunan permenen.
Dia membeli bangunan itu. Nilainya, Cak Dar malu menyebut. Namun, bangunan di jalan protokol itu tak kurang dari Rp 600 juta.
"Saya nekat saja beli bangunan itu. Itu pun karena pemilik bangunan yang saya sewa enggan perpanjang kontrak. Jadi kalau misalkan saya waktu itu boleh memperpanjang kontrakan, mungkin toko ini tidak pernah ada. Nah itulah yang saya katakan sebagai modal nekat," kata dia.
Lulusan pondok di Ponorogo itu tidak ingin memendam rasa minder dalam menggeluti bisnis velg. Dia sadar banyak pesaing bermodal selangit.
Dia memiliki motto usaha yang sengaja ditulisnya besar-besar di ruang kantornya 'unique, competitive and advantage'.
"Saya tidak malu mengawali ini semua dari tukang tambal ban," ujar bapak dari remaja 16 tahun bernama Azimatus Sa'diah.