Wirausaha
Juragan Velg Sering Ditolak Cewek Saat Masih Jadi Tukang Tambal Ban
#SIDOARJO - Dia berkisah, sempat dihina saat menjadi tukang tambal ban. Bahkan, banyak cewek yang didekatinya menolak karena pekerjaannya.
Penulis: Miftah Faridl | Editor: Yuli
SURYA.co.id | SIDOARJO - Orangtuanya sempat gela atau kecewa saat Cak Dar memilih tidak melanjutkan kuliah.
Apalagi, selepas dari bangku kuliah, hidupnya juga tak pasti. Terkatung-katung beralih pekerjaan beberapa kali, dia memilih menjadi tukang tambal ban pada 1998.
Cak Dar, begitu panggilan pria bernama lengkap Sudarmaji itu. Pria kelahiran buduran itu telaten melayani pembeli yang datang ke tokonya velg-nya di Jalan Mayjen Sungkono Nomor 4, Sidoarjo.
Dia tak ragu memberi saran velg mana yang cocok untuk mobil milik calon pembeli.
Setelah beberapa kali memilih, pembeli itu sreg dengan pilihan Cak Dar. Velg ring 15 warna putih.
"Saya memang senang sharing dengan pembeli. Bukan mengajari tapi kasih masukan saja. Kalau cocok, alhamdulillah," kata Cak Dar.
Ada ratusan set velg yang dijualnya. Mulai dari lokal sampai impor. Cak Dar memiliki diua toko, satu di Mayjen Sungkono satu lagi dia buka di kawasan Candi yang dibukanya sejak 2010 lalu. Enam orang yang bekerja sebagai karyawannya.
Apa yang dimiliki pria 43 tahun itu bukan diraih dalam sekejap. Cak Dar memgawali usahanya sebagai tukang tambal ban di Jalan Mayjen Sungkono pada 1998.
Lokasinya tak jauh dari bangunan megah tokonya. Dia mengerti teknik menambal ban motor dan mobil juga kebetulan.
Saat menjadi penjaga masjid di kawasan Rungkut Harapan, Cak Dar yang hanya sampai semester 5 duduk di bangku kuliah IAIN Sunan Ampel itu sering mengamati pekerjaan tukang tambal ban di depan masjid.
Iseng-iseng dia mencoba dan ternyata bisa. Bermodal uang menjual motor reotnya, Cak Dar akhirnya bisa membeli kompresor.
Dia membuka usahanya dengan ngemper di Jalan Mayjen Sungkono. "Pokoknya saya tidak mau jadi karyawan. Tidak masalah jadi tukang tambal ban," ujar bapak dua anak itu.
Dia berkisah, sempat dihina saat menjadi tukang tambal ban. Bahkan, banyak cewek yang didekatinya menolak karena pekerjaannya.
"Wis pokoknya nekat. Saya tidak peduli cibiran. Yang penting saya bekerja tak terikat orang lain. Berat memang karena saya otodidak. Buka ban vespa saja saya ga bisa," ujarnya sembari tertawa.
Cak Dar kemudian berpindah lokasi di kawasan Buduran tepatnya di bawah fly over. Di sana dia memberanikan diri menjual velg-velg bekas. Dia mengaku tidak punya modal sama sekali. Dia tak kehabisan akal mesti tak punya modal uang.