Tri Mulyani Sunarharum

Banyak Bicara Tidak Selalu Jelek

Keinginannya saat kembali ke Indonesia yaitu menjadi dosen di UB sambil tetap meneliti masalah perkotaan di Indonesia.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Wahjoe Harjanto
zoom-inlihat foto Banyak Bicara Tidak Selalu Jelek
surya/sulvi sofiana
Tri Mulyani Sunarharum

SURYA.CO.ID | MALANG – Jika membicarakan alumni S1 Program Studi Perencanaan Wilayah Perkotaan Universitas Brawijaya (PWK UB), Tri Mulyani Sunarharum, sebagian besar akan mengatakan, Yani, panggilan akrabnya, merupakan orang yang supel dan banyak bicara.

Wanita yang terpilih sebagai mahasiswa terbaik Queensland University of Technology (QUT) 2015 itu mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjukan kuliah S2 di Australia.

Saat semester 1, dirinya lolos presentasi di seminar internasional yang diadakan di Brisbane. Didukung dengan tidak adanya revisi thesis yang dikerjakan. Kini ia menempuh S3 setelah dinilai layak oleh dua dosen pembimbing dan dua profesor di QUT.

Kesupelan Yani juga dirasakan teman dan sahabat dekatnya selama kuliah di UB, Fatimah Zahro (27). Menurutnya, Yani merupakan teman yang mempunyai kebiasaan bercerita dengan jangka waktu yang lama serta selalu berinovasi dan pantang menyerah.

“Kalau saya menginap dirumahnya, makan kita ngobrol, belajar juga ngobrol sampai mau tidur juga ngobrol terus,” kenang pegawai swasta di Jakarta ini saat di hubungi Surya, Jumat (20/6/2015).

Menurutnya, Yani merupakan orang yang selalu berusaha meskipun sejumlah penelitiannya mengalami masalah. “Dia tipe orang yang tidak nangis-nangis ke teman, kalau ada masalah ke orang tua dulu. Setelah tenang baru cerita banyak sama teman-temannya,” jelas warga asli Malang ini.

Karena kebersamaannya bersama Yani selama empat tahun, dirinya mengaku paling terkesan dengan kebersamaan di awal kuliah dan selama mengikuti Ospek selama sebulan.

“Dari dua kelas PWK, kami selalu sekelas, satu organisasi bahkan satu kelompok untuk ikut berbagai olimpiade,” terang wanita yang mengaku sering mencomblangkan Yani dengan kenalannya.

Dekan Fakultas Teknik UB, Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT.menjelaskan, selama Yani kuliah merupakan pribadi yang supel. Untuk itu selain mendapatka beasiswa dari Dikti, pihak Australia juga bisa melihat kualitas Yani dengan memberinya beasiswa lanjutan S3.

“Saya masih sering berkomunikasi dengan Yani lewat email terkait perkembangan pendidikan. Karena Yani juga akan dijadikan dosen jika sudah menyelesaikan pendidikan. Tapi sat ini belum di proses,” terangnya.

Sedangkan Sunar Sedyono (79), Bapak Yani menjelaskan, putrinya adalah orang yang ceria dan ramah. Keberangkatan putri bungsunya ke Australia dengan beasiswa dari pemerintah merupakan hal yang membanggakan baginya.

Selain itu, kakak pertama Yani beserta suami dan anak-anaknya juga tinggal di Australia. “Sejak kecil sudah saya didik untuk bisa menghadapi berbagai masalah dengan tenang dan banyak berdoa sehingga tidak khawatir kalau tinggal jauh, apalagi disana ada anak sulung saya yang juga sekolah,” terangnya.

Menurut Sunar, Yani paling dekat dengannya, jika ada masalah selalu menceritakan segala sesuatunya secara terbuka pada keluarga. Hal ini digunakan Sunar untuk melatih Yani semakin dekat dengan penciptaNya.

“Terakhir pulang tahun lalu saat melakukan penelitian masalah banjir di Jakarta, kemudian mampir ke Malang. Ditemani dosen pembimbingnya juga tidur di rumah sederhana bapak,” terang warga Jalan Candi Panggung Permai No. 32 Malang.

Sunar mengaku, kebiasaan bepergian keluar negeri sudah dilakukan sejak menjalani masa dinas di tempatnya bekerja sebagai Peneliti Pertanian.

Halaman
12
Tags
Profil
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved