Universitas Ciputra Kenalkan Game Menyikat Gigi Pakai Sensor
Menyikat gigi menggunakan sikat dan pasta gigi itu sudah biasa, tapi kalau menyikat gigi pakai sensor bagaimana jadinya?
Penulis: Magdalena Fransilia | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Menyikat gigi menggunakan sikat dan pasta gigi itu sudah biasa, tapi kalau menyikat gigi pakai sensor bagaimana jadinya?
Itu upaya ditanamkan Siska Hoeni kepada anak usia TK dan SD agar gemar sikat gigi.
Alumni Jurusan Visual Communication Design (VCD) Universitas Ciputra angkatan 2010 ini mengonsep game sikat gigi bersama Kevin Josua dari Jurusan Informatika dan Multimedia Technologi semester 4. Game ini diberi nama Brush the Cavities Away.
Permainan ini tidak ribet hanya butuh laptop yang terisi aplikasi Brush the Cavities Away, layar televisi terkoneksi kabel HDMI serta Kinect (alat sensor dari Nitendo).
Aplikasi langsung dijalankan dengan menekan menu play pada displai laptop. Seketika layar tv akan menampilkan gambar mulut seorang bocah yang terbuka dan penuh kuman berbentuk bulat berwarna hijau.
Game ini dimainkan dengan meletakkan tangan sejauh 1 sampai 2 meter dari alat sensor kinect. Sensor akan membaca tangan, sehingga ketika tangan digerakkan untuk menggosok kuman-kuman tersebut, terhapuslah kuman dari gigi si bocah.
Puluhan kuman terus muncul pada barisan gigi atas dan bawah bocah setelah dihapus oleh tangan yang terkena sensor.
Waktu yang disediakan sangat terbatas hanya 50 detik. Skor tertinggi bisa melebihi angka 1000. Setelah permainan selesai skor bisa dilihat pada layar TV.
Selain itu, pemain juga bisa mengabadikan foto diri/selfie sebab tersedia kotak pendeteksi foto pada layar. Sayangnya game ini belum bisa dimainkan secara versus dalam waktu yang bersamaan.
“Kami ingin menciptakan pembelajaran secara aktif. Selama ini anak suka bermain android, ada baiknya mereka bermain sambil bergerak dan belajar,” ungkap peraih IPK 3.3 yang hobi menggambar anime chibi itu.
Setelah lulus kuliah pada November 2014, kini Sisca bisa mengembangkan kemampuannya di bidang bisnis.
Bungsu dari tiga bersaudara ini bisa menghasilkan uang sendiri dari bisnis freelance ilustratornya. Pelanggannya pun sampai luar negeri, yakni Amerika serta Rusia.
Untuk satu karakter Sisca mematok Rp 70.000, dalam satu gambar yang memiliki banyak karakter harganya bisa mencapai Rp 200.000.
“Dalam sebulan biasanya bisa dapat sampai Rp 3 juta dari pesanan online,” ungkapnya sambil tersenyum, Jumat (13/3/2015).
Sisca pernah membuat game berbasis android bertema budaya Indonesia dalam Tugas Akhirnya.