Kompetisi Fingerboard di Malang

Main Fingerboard Sepintas Lalu Sederhana Tapi Meletihkan

Fingerboard merupakan miniatur Skateboard. Ukuran panjangnya sekitar 6-10 centimeter. Pelopor permainan ini adalah Lance Mountain, warga California.

Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Yuli
SURYA.co.id/Adrianus Adhi
KOMPETISI - Para peserta kompetisi Fingerboard di Cafe Sabdo Palon, Jalan Galunggung, Kota Malang, Minggu (7/3/2015). 

SURYA.co.id | MALANG - Semangat perlawanan ditunjukkan oleh komunitas Chill Out lewat kompetisi Fingerboard di Cafe Sabdo Palon, Jalan Galunggung, Kota Malang, Minggu (7/3/2015). Mereka hendak menyampaikan bahwa Fingerboard tidak hanya permainan, tetapi juga olah raga.

Yudhasurandhana (21) masih lelah saat SURYA menemuinya, Minggu sore. Dia menyeka keningnya yang berkeringat sesekali, nafasnya juga diatur supaya tak terlalu ngos-ngosan.

Yoi, sapaan dia adalah satu di antara belasan peserta yang mengikuti kompetisi Fingerboard. Di sini, ia menampilkan kebolehannya dalam memainkan berbagai trik bermain Fingerboard di atas meja, yang telah di desain sebagai arena perlombaan. Meja itu terletak di atas pangggung cafe.

Trik yang ia mainkan di antaranya Triksixty Flip, yakni Fingerboard yang melayang 360 derajat sebanyak tiga kali. Lalu, Kick Flip, yakni fingerboard yang diangkat lalu berputar. Kemudian, Olie Trick, yakni membuat Fingerboard melompat menghindari halangan.

Trik yang ia mainkan ini tidak berbeda jauh dengan trik peserta lainnya. Terkadang, ia juga mengkombinasikannya agar mampu menang di kompetisi tersebut.

Bagi yang sudah piawai, mereka bisa lincah memainkan fingerboard itu. Kesannya, Fingerboard seperti nempel di tangan.
Letih ya tentu saja. Yoi juga berkeringat, dan tanggannya 'pegel' karena memainkan permainan tersebut.

"Saya sudah bertahun-tahun bermain alat ini. Awalnya cuma ingin mengisi waktu luang," akunya. Ia memperkirakan miniatur skateboard, yang terbuat dari kayu dimainkannya sejak tiga tahun lalu. "Pastinya saya lupa," tambahnya.

Sekadar diketahui, Fingerboard merupakan miniatur Skateboard. Ukuran panjangnya sekitar 6-10 centimeter. Pelopor permainan ini adalah Lance Mountain, warga California, Amerika Serikat.

Sejarah mencacat, Lance memulai aktivitas itu di tahun 1970-an, tapi saat itu hanya menjadi gantungan kunci. Permainan ini lalu populer di dekade 2000'an, setelah industri pembuat Fingerboard bermunculan.

Di Indonesia, permainan ini juga populer di era milenium itu. Yoi, penggiat permainan ini, mengatakan penghobi Fingerboard tidak hanya anak muda. "Bapak-bapak keren juga banyak yang menggemari olah raga ini," kata Yoi.

Mereka juga ikut dalam lomba ini, meskipun tak menjadi mayoritas peserta. Umumnya, lanjut Yoi, pemain Fingerboard adalah pemain skateboard pula. Ini disebabkan trik bermain skateboard, dan fingerboard serupa.

Meski demikian, nasib Fingerboard tak semanis skateboard. Fingerboard sampai saat ini masih terdaftar sebagai olahraga hobby. Sementara, Skateboard sudah masuk ke dalam salah satu cabang olahraga di Indonesia.

Oleh karena itu, lomba sejenis ini tidak banyak ditemukan. Tidak ada lomba berjenjang, mulai dari tingkat regional, lalu nasional. Penggemarnya pun tercerai berai seiring minimnya dukungan untuk mereka.

"Kami membuat kegiatan ini karena alasan itu. Untuk menyatukan, dan mewadahi penggemar Finggerboard," jelas Sugeng Waluyo (23), ketua pelaksana acara ini.

Bentuk kompetisi mereka juga sederhana. Kompetisi hanya diisi babak seleksi sejak pagi hingga sore, lalu dihibur penampilan band indie.

Hadiah acara ini juga tak muluk-muluk. Tidak ada fresh money, atau hadiah yang nilainya jutaan rupiah. "Hadiahnya cuma merchendaise," tutur pria yang bekerja sebagai pelayan toko ritel ini.

Walau demikian, mereka senang dengan kompetisi ini. Lewat ajang ini mereka saling kenal, dapat berbagi ilmu atau trick, dan terakhir, mereka dapat menuntaskan keinginan untuk berkompetisi. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved