Lipsus

Hentikan Jor-joran Mobil Lewat Pengetatan Parkir

Johan Silas melihat solusi penambahan ruas jalan, hanya sedikit pengaruhnya. Sebab Surabaya sudah padat bangunan

Editor: Satwika Rumeksa

SURYA Online, SURABAYA -Pakar tata kota, Prof. Dr. Ir. Johan Silas menawarkan solusi praktis untuk pemerintah, khususnya  Kota Surabaya guna mengantisipasi ancaman jalan macet total akibat membanjirnya kendaraan-kendaraan baru.

”Kalau orang sudah tidak lagi bisa menemukan tempat parkir, lambat laun akan mereka beralih ke transportasi publik,” tutur Prof Johan Silas saat ditemui di kantornya, Kampus Institut Teknologi Spuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (8/1/2015).

Jatim, khususnya Surabaya menjadi pasar utama kedua bagi industri otomotif di Tanah Air. Tahun 2015 ini saja, produksi mobil yang akan digelontor ke Jatim mencapai 132.000 unit. Sekitar 60.000 - 65.000 diantaranya, diramal akan tersedot oleh warga Kota Pahlawan.

Jalan-jalan utama di Surabaya, yang saban hari sudah berjubel kendaraan, akan semakin macet.  Saat ini saja, jumlah kendaraan di Surabaya mencapai 3,63 juta sepeda motor dan 900 ribu kendaraan roda empat. Jumlah itu belum termasuk bus, truk, dan trailer.

Tokoh yang pernah menerima penghargaan Habitat Scroll of Honour dari PBB tersebut menjelaskan, masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya ini menempatkan mobil sebagai gaya hidup dan alat mendongkrak gengsi.

Faktor kebutuhan dan fungsi mobil sebagai alat transportasi menjadi nomor sekian.

 "Bagi pabrikan mobil, tentu saja itu menjadi peluang. Orang adu gengsi memiliki kendaraan lebih dari satu. Pabrikan juga meluncurkan mobil-mobil murah untuk kelas menengah, yang selama ini tidak kesampaian untuk memiliki mobil karena harganya tidak terjangkau," tutu Johan.

Nah gaya hidup memiliki kendaraan inilah yang perlu diubah dengan memberlakukan peraturan yang ketat tentang parkir.   Pengetatan utamanya untuk kawasan-kawasan padat kendaraan dan aktivitas. "Kalau orang sudah repot menemukan parkir, mereka lama-lama akan malas keluar pakai kendaraan pribadi."

Johan Silas lalu membandingkan dengan masyarakat di Prancis. Di sana, orang umumnya menggunakan mobil pribadi untuk ke luar kota, yang butuh waktu perjalanan lama. Untuk jarak dekat, umum mobil umumnya hanya dipakai  menuju stasiun-stasiun kereta atau trem.

”Di stasiun, mobilnya juga lantas diparkir dan pemiliknya pindah ke trem. Itu lebih murah buat mereka,” terangnya.

Untuk mendorong masyarakat beralih ke kendaraan umum, lanjut Johan, pemerintah mesti menyediakan angkutan massa yang nyaman, murah, dan yang paling penting adalah aman,

Johan pun  mengapresias rencana Pemerintah Kota Surabaya yang berencana membangun fasilitas angkutan masal cepat (AMC). Bentuknya trem dan kereta monorel. Tapi hingga kini, belum bisa bisa dipastikan, kapan kendaraan umum itu akan beroperasi.

Dalam kesempatan itu, Johan tidak sependapat dengan wacana mengatasi kemacetan dengan cara menerbitkan aturan pembatasan usia kendaraan Kebijakan ini dinilai itu tidak fair. Alasannya umur  bukanlah ukuran pasti bagi kendaraan laik jalan. 

"Kendaraan tua bisa saja masih layak apabila perawatannya rutin dan tepat. Sebaliknya mobil baru juga belum tentu dijamin laik dikendarai. Saya melihat beberapa jenis mobil LCGC dibuat asal-asalan sehingga sedikit mengabaikan keselamatan pengendaranya, ” katanya Prof Johan Silas saat ditemui  di kantornya,  Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (8/1/2015).

Khusus Surabaya, Johan Silas melihat solusi penambahan ruas jalan, hanya sedikit pengaruhnya. Sebab Surabaya sudah  padat  bangunan.Sulit melakukan penambahan ruas jalan. "Kalau kemudian ada jalan yang dibangun di daerah yang tidak ada bangunan atau pusat aktivitasnya, lalu siapa yang mau melewati jalan itu? Jadi saya rasa penambahan jalan untuk mengatasi kemacetan tidak akan berguna,” kata Johan.

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok.
LIKE Facebook Page www.facebook.com/SURYAonline
FOLLOW www.twitter.com/portalSURYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved