Teta 1, Motor Tenaga Surya Karya Mahasiswa Untag
Mereka yakin bakal ada karya-karya hebat lain yang nantinya bernama Teta 2 dan seterusnya.
Penulis: M Taufik | Editor: Parmin
SURYA Online, SURABAYA - Rendra Wicaksono dan Satria Yudha Permana, dua mahasiswa Untag (Universitas 17 Agustus) Surabaya sukses merakit sepeda motor listrik bertenaga surya. Keduanya nampak sumringah saat berboncengan mengendarai motor karya mereka berkeliling halaman kampus, Rabu (17/7/2013).
Aksi dua mahasiswa semester akhir jurusan Teknik Elektro ini sempat menjadi perhatian banyak mahasiswa lain. Maklum, sepeda motor yang mereka tumpangi bentuknya memang tidak lumrah. Selain kecil, sepeda motor warna hitam itu dilengkapi dengan atap yang disangga besi di bagian depan dan belakang.
“Atapnya itu merupakan Panel Surya yang berfungsi untuk menyerap energy dari panas matahari,” ujar Rendra, mahasiswa asal Griya Suci Permai, Gresik saat ditemui Surya Online, di sela kegiatannya.
Energi yang dari panel Surya tersebut dialirkan ke tiga buah accu berukuran 7,2 AH yang disembunyikan di bawah tatakan kaki. Namun, sebelum sampai ke accu, kabel penghubung Panel Surya dialirkan dulu ke Charge Control yang ditempatkan di bagasi yang berada di bawah jok sepeda motor.
“Charge Control Ini berfungsi untuk menstabilkan aliran daya dari sumber energy ke batre,” sambung mahasiswa yang sudah ngebet pengen lulus ini.
Sistem kerja sepeda motor ini sama dengan system kerja sepeda motor listrik pabrikan. Hanya saja, sepeda motor pabrikan sumber energinya diambilkan dari listrik PLN atau dicolokkan ke aliran listrik yang ada. Sementara motor karya dua mahasiswa ini, punya dua cara.
“Kabel dari Charge Control menuju accu kita pasang colokan. Jadi, saat batre sudah penuh dari hasil penyerapan panas matahari lewat Panel Surya bisa dilepas. Atau, bisa juga dicolokkan ke listrik untuk mengisi accu tersebut,” ungkap Satria, mahasiswa asal Keboan Sikap, Gedangan, Sidoarjo.
Sepeda motor ini sengaja dirancang untuk jarak dekat. Dengan kapasitas batre yang ada, ditaksir kemampuannya hanya sekitar 8 kilometer. Jumlah kekuata itu, cukup dengan memanaskan atau menaruh sepeda motor di bawah terik matari selama 2,5 jam.
Dua mahasiswa ini mengaku sengaja merakit sepeda motor listrik tenaga surya untuk tugas akhir kuliah mereka. Berawal dari beberapa ide, keduanya lantas memutuskan bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut.
“Ide saya ini awalnya muncul saat melihat ibu-ibu belanja ke pasar. Mereka harus lebih banyak pengeluaran karena juga membeli BBM untuk bahan bakar sepeda motor yang dipakai. Kemudian, saya semakin terinspirasi juuga ketika melihat ibu-ibu mengantar anaknya ke sekolah,” kata Satria.
Ide itu ternyata sejalan dengan sang teman, Rendra yang setiap kali pulang pergi ke kampus selalu merasa terganggung dengan kepulan asap sepeda motor. Terutama ketika berhenti di traffic light. Beberapa kali berunding, keduanya lantas sepakat merakit kendaraan listrik bertenaga surya.
Tapi, semua itu tidak lantas dengan mudah bisa mereka selesaikan. Ide yang mereka miliki butuh banyak biaya. Sedangkan mereka masih berstatus sebagai mahasiswa. Akhirnya, merekapun mengumpulkan sedikit demi sedikit dana untuk mewujudkan ide ini.
Tahap awal, Rendra dan Satria mengaku patungan untuk membeli sepeda motor listrik milik tetangga Satria di Gedangan, Sidoarjo. Sepeda itu mereka beli dengan harga Rp 10.250.000. “Pas kita beli, keadaan rusak. Jadi, harus dibenahi sana-sini dulu sebelum bisa difungsikan. Dan lagi-lagi, butuh biaya,” kisah Rendra.
Setelah perakitan sepeda motor selesai, keduanya kemudian mengumpulkan lagi bahan dengan membeli panel surya. Lalu, ada kebutuhan-kebutuhan lain seperti acuu, besi, kabel dan sebagainya. Sampai akhirnya, jadilah sepeda motor rakitan ini.
“Kalau dihitung dari awal sampai sekarang, ada sekitar enam bulan. Lamanya waktu pembuatan itu bukan karena merakit, tapi karena mengumpulkan uang untuk membeli barang-barangnya,” kelakarnya.