Nyaris Bangkrut, Agus Bangkit Berkat Keris
Agus memang menjadi salah saru rujukan bagi setiap orang yang ingin memperdalam keris.
Penulis: David Yohanes | Editor: Rudy Hartono
Sekilas memang tidak ada yang istimewa dari Agus. Namun sekitar 500 keris yang dipunyainya, membuat warga Ngagel Tirto III/51A ini mendapat sebutan Agus Keris.
"Mungkin sekitar tahun 2002 saya mulai menggeleuti dunia keris," ucapnya, Senin (21/1/2013).
Agus memang menjadi salah saru rujukan bagi setiap orang yang ingin memperdalam keris. Langganannya saat ini dari mulai pengusaha hingga kalangan pejabat di negeri ini.
"Keris itu sesuatu yang punya energi dan bisa memberikan dampak bagi kehidupan bagi pemegangnya. Itulah mengapa banyak pengusaha atau pejabat mencari saya dan berkonsultasi masalah keris," terangnya.
Menurut Agus, tahun 1990 dirinya pernah menggeluti bisnis pertanian hingga travel. Namun usahanya bangkrut karena kerap ditipu. Berbekal beberapa keris warisan orang tuanya, namanya mulai dikenal di kalangan penggemar keris.
"Dari kondisi nyaris bangkrut, kini saya bisa bangkit dari keterpurukan dengan keris, dan dipercaya banyak orang" akunya.
Keris bagi Agus sangatlah istimewa. Senjata tradisional ini terbuat, minimal atas 3 jenis logam, yaitu besi, baja dan batu meteorit. Keris yang bagus akan dilengkapi dengan campuran emas, perak, titanium, klor, karbon, dan nikel.
"Campuran tersebut kalau disatukan akan memberikan energi, sekalipun tidak diberi mantra-mantar," terang Agus.
Karena energi inilah, keris memberikan bermacam tuah. Seperti untuk penglarisan, tolak bala dan derajat atau pangkat. Tak heran banyak pejabat yang mencari keris jenis tertentu untuk "piandel". Agus pun menunjuk foto sejumlah pejabat yang mencari keris kepadanya.
Karena manfaat atau khasiat itu pula, harga keris juga tergolong fantastis. Ia mencontohkan keris Singo Barong atau Nogo Sosro harganya bisa tembus hingga Rp 100 juta.
"Kalau dibilang mahal, memang mahal. Tapi orang kan kan melihat manfaatnya," tambah Agus.
Kini di standnya yang ada di Royal Plasa, setiap harinya belasan orang yang ingin berkonsultasi silih berganti datang. Tidak selalu membeli keris, kadang hanya untuk sekedar memperlihatkan keris dan meminta Agus untuk memberikan pendapat.
"Saya sengaja membuka stand di mall, agar mudah dijangkau siapa saja. Selain itu saya ingin mengesankan, bahwa keris bukan sesuatu yang wingit dan harus ditakuti," pungkasnya.