Telusuri Bukit Ular di Malam Hari
Melatih penguasaan teknik bersepedanya di kawasan Bukit Ular, Citraland
Penulis: Marta Nurfaidah | Editor: Heru Pramono
Nama Bukit Ular muncul boleh jadi disebabkan dua hal. Dulu memang banyak ular di sana tetapi semakin jarang terlihat karena banyak sepeda yang melintas. Sedangkan sebagian orang menganggap disebut ular karena banyak jalan berkelok.
Setidaknya areal luas tersebut sangat menantang bagi para penghobi sepeda. Sebutan yang muncul dari mereka juga bervariasi. Semua tergantung dari apa yang terlihat dan dirasakan mereka.
Bukit Ular sendiri merupakan sebutan bagi sebagian kawasan. Jalan berkelok-kelok dengan tanah kering dan rumput liar dijumpai di sana. Dataran ini sedikit lebih tinggi dari jalan berpaving kompleks perumahan elit Citraland.
”Ini track yang paling bervariasi. Ada turunan, kelokan, jalan sempit, atau bergelombang,” ujar Christian Pieschel, penghobi sepeda yang juga pengelola toko Velomix Sutos.
Full track bisa mencapai panjang hingga 30 kilometer dan menembus daerah Setro, Gresik. Setidaknya membutuhkan waktu empat jam untuk mengitari full track. Sedangkan, track pendek sepanjang 6,5 kilometer yang menembus tembok Berlin.
”Tembok Berlin itu sebutan tembok yang roboh untuk dibuat perumahan di belakang Universitas Ciputra,” jelas Chies, panggilan akrab Christian Pieschel.
Yang lebih menantang, Bukit Ular tidak dilintasi pada pagi atau siang hari saja.
Chies pernah melaluinya di malam hari (night ride/NR) bersama 80 orang lainnya. ”Ramai dan seru seperti fun bike di malam hari,” selorohnya. NR ini biasanya dilakukan saat bulan Ramadan, karena sebagian orang berpuasa di siang hari.
Selain Bukit Ular, ada pula area yang disebut Super Bowl, Turunan Alibaba, Kebun Mangga, Jurang Kuping, Tulang Ikan, Body Balance, dan Bale Raja. ”Bale Raja itu bukan karena ada rumah istimewa atau makam orang, tetapi karena ada rumah kecil di bukit sisi lainnya,” jelas Chies.
Track paling menantang adalah Body Balance, sebab jalur yang dilintasi lokasinya dipepet dengan pematang sawah di sisi kanan dan kiri. Terdapat tiga bagian yaitu level satu dengan pematang sawah selebar 50 hingga 100 cm, level dua selebar 40 hingga 70 cm, dan level tiga selebar 20 hingga 40 cm atau disebut Jurang Kuping. Panjang seluruhnya 500 meter.
”Kalau tidak imbang bisa jatuh ke sawah langsung,” kata Chies. Maka, diusahakan tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Sebab, jika satu orang berhenti maka peserta lainnya yang ada di belakang akan jatuh bersamaan.
Banyak Pintu Masuk
Sutanto, salah seorang anggota Komunitas Riders Bike Club, menuturkan bahwa track tersebut jika dilanjutkan terus dapat tembus ke kolam ikan di Pademangan, Stadiun Utama Gelora Bung Tomo, atau waduk di Wiyung.
”Banyak pintu masuknya, banyak juga pintu keluarnya,” kata Sutanto yang sudah setahun ini berlatih di track Bukit Ular ini.
Dia menjelaskan bahwa orang lebih mengenal area ini dengan nama Bukit Ular. Padahal sebetulnya Bukit Ular hanya track di awal saja. Selanjutnya akan banyak track yang dijumpai seperti Turunan Alibaba, berupa track turun dengan ketajaman sekitar 30 derajat sepanjang 25 meter.
Track Super Bowl yang memiliki panjang jalur 100 meter berupa areal tanah bergelombang dengan ketinggian 50 hingga 80 cm. ”Bukit Ular itu juga banyak track turun tetapi tidak terlalu tinggi, rata-rata 10 derajat,” kata Sutanto.
Sedangkan Tulang Ikan adalah track yang melalui rumah warga dengan jalur selebar 80 cm. Nama itu muncul karena di track tersebut ada tembok roboh bergambar tulang ikan. Jadi, supaya mudah mengingat mereka memberi nama Tulang Ikan yang dapat tembus hingga Desa Sakur, perbatasan Surabaya dan Gresik.