Beginilah Mitos Cap Jay, Koloke dan Fu Yung Hai di China

Ternyata menu utama yang disuguhkan adalah sate kambing, cumi goreng, ayam kung pao, tim ikan, cah sawi, bakpao serta ketela manis!

Editor: Tri Hatma Ningsih
zoom-inlihat foto Beginilah Mitos Cap Jay, Koloke dan Fu Yung Hai di China
Koleksi Pribadi
Andreas Christie Thie

Oleh : Andreas Christie Thie
Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Widya Kartika Surabaya



Dalam koper saya terselip sekaleng abon dan beberapa bungkus mi instan merupakan bekal sangat berarti, saat saya dan rombongan outstanding students berangkat ke Guangzhou, China, April 2012 lalu. Tetapi setibanya di Guangzhou saya baru mengetahui bahwa membawa makanan dari Indonesia adalah kesalahan. Bagaima tidak? Guangzhou adalah surga para pecinta wisata kuliner. Sebagai contoh ketika saya diajak makan di restoran masakan China, sesuai mitos saya menduga pasti pesanan menunya cap jay,bakmi goreng, fu yung hai, koloke, dan minumnya teh. Tahukah Anda, dugaan saya yang benar hanya teh. Ternyata menu utama yang disuguhkan di depan kami adalah sate kambing, cumi goreng, ayam kung pao, tim ikan, cah sawi, bakpao serta ketela manis. Ya Anda tidak salah baca,bakpao dan ketela manis yang biasanya menjadi menu penutup di Guangzhou justru menjadi menu utama. 

Mitos masakan China hanya cap jay, koloke dan fu yung fai tidak berlaku di sana. Saat membuka buku menu, Anda pasti menduga bahan mentah mayoritas untuk daging adalah daging babi, dan sawi untuk sayurannya. Satu hal yang unik adalah masyarakat Guangzhou terbiasa memesan makanan manis seperti bakpao dan ketela sebagai menu utama. Cara memasak, citarasa dan tata cara di atas meja makan warga Guangzhou sebenarnya sangat dipengaruhi gaya cantonese (Kanton). Jadi bila suatu hari Anda masuk ke restoran Kanton, itu berarti Anda memasuki restoran gaya Tiongkok tradisional. Sembari menunggu masakan tiba, Chong Lio, mahasiswa Guangzhou University of Foreign Studies (GDUFS), mengajari saya bahwa chinesse tea yang pertama kali disuguhkan bukanlah welcome drink, tetapi digunakan untuk mencuci peralatan makan kami mulai dari gelas, mangkok, piring dan sumpit. Setelah semua peralatan makan selesai dibilas, barulah kami bisa minum chinesse tea yang sudah diisi kembali.


Akhirnya makanan disajikan di atas meja bundar di depan kami. Di mulai dari tim ikan bumbu pedas, tim ikan sayur asin, tim ikan kuah bening, ayam kung pao, sate kambing, nasi goreng, cumi goreng, bakpao, ketela manis, cah sawi, timun sapi dan sapi kuah pedas. Semua makanan disajikan dalam menu yang paling besar. Memang cara manjamu tamu dalam tradisi China adalah dengan menyuguhkan makanan yang sangat banyak. Sebelum sampai di lidah, makanan ini sudah sangat menonjol di mata dan hidung. Maksudnya makanan ala China ini juga memerhatikan penampilan dan beraroma kuat. Untuk penampilan masakan, para koki tidak meletakkan makanan yang terlalu berlebih pada piring saji juga menambahkan hiasan seperti dedaunan sebagai sentuhan akhir. Tiada yang abadi di dunia, akhirnya jamuan makan malam pun dimulai. Tak lebih dari setengah jam kami berhasil menjadi tamu yang baik, dengan menghabiskan seluruh hidangan yang disuguhkan. Beberapa kali sempat saya menggigit potongan kayu manis, butir merica, daun ngoh-yong dan daun kemangi. Mungkin dari bahan-bahan itulah mengapa masakan China mempunyai aroma dan rasa kuat. 


Bila Anda cermati lagi, semua makanan yang dipesan tak menggunakan daging babi alias halal. Memang sengaja dilakukan karena kami ingin Pak ikhsan (Reporter Harian Surya dalam rombongan outstanding students) juga bisa mencicipi semua makanan yang disuguhkan. Pada lain kesempatan bersama beliau juga kami berpetualang mencicipi masakan halal di Guangzhou tanpa ditemani warga negara China. Juga yang tidak terlupakan pengalaman kami mencicipi masakan negeri tercinta indonesia di Guangzhou bersama Mas Pandji (sekretaris anggota DPR yang berkuliah bahasa di Guangzhou). Akan saya ceritakan bagaimana serunya pengalaman kami pada artikel saya berikutnya. Sampai ketemu nanti.


Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved