Kilas Balik
Terungkap Seleksi Berat Kopassus yang Bikin 3900 Prajurit Tak Lulus, Ada yang Protes & Menembak
Dalam sejarah Kopassus, kesatuan baret merah TNI AD ini pernah melakukan seleksi ulang hingga membuat 3000 prajuritnya dinyatakan tak lulus
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Dalam sejarah Kopassus, kesatuan baret merah TNI AD ini pernah melakukan seleksi ulang hingga membuat lebih dari 3000 prajuritnya dinyatakan tak lulus.
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto, saat itu Kopassus memang tengah melakukan perampingan organisasi besar-besaran, sehingga diadakan seleksi yang berat.
Seleksi yang berat itu membuat prajurit kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2500 orang. Sehingga ada sekitar 3900 prajurit yang tak lulus.
Dalam bukunya itu, Sintong bercerita betapa beratnya seleksi yang saat itu diadakan di Sukabumi.
• Gatot Nurmantyo Bongkar Bukti Kebohongan Rekaman Suara yang Catut Fotonya, Simpel Aja, Katanya
• Panglima TNI Deteksi akan Ada Penyerangan Kantor KPU, Marsekal Hadi Tjahjanto Perintahkan ini
• Balasan Menohok Menteri Susi Saat Dibilang Jabatannya Akan Ditenggelamkan, Cuma Tulis 2 Kata

• Gatot Nurmantyo Komentari Sosok Panglima TNI hingga Menko Polhukam Saat ini, Mahfud MD Disebut-sebut
• Sosok Untung Pranoto Mantan Preman yang Jadi Kopassus, Kariernya Melesat dengan 17 Kali Naik Pangkat
• Cabut Sumpah Serapahnya ke Andre Taulany, Jihan Fahira Akui Tidak Sok Hijrah: Itu Spontanitas
Seleksi itu bertujuan menilai kemampuan fisik, mental, dan kecerdasan para prajurit kopassus.
"Di antara kegiatan latihan itu, harus menyeberangi berbagai jurang untuk latihan fisik dan mental, kurang waktu untuk tidur dan istirahat selama satu minggu, serta membaca peta dan situasi untuk uji kecerdasan," tulis Hendro berdasarkan kesaksian Sintong.
Dalam berbagai seleksi itu, pasukan yang lulus hanya sekitar 2.500 orang.
Mereka yang lulus tentu saja boleh tetap mengenakan baret merah.
Sedangkan, yang tak lulus akan ditempatkan ke dalam kesatuan baret hijau, Kostrad.

Pergantian baret itu tentu saja menimbulkan protes dari mereka yang harus mengganti baret merah ke hijau.
Satu bentuk protesnya adalah melepaskan sejumlah tembakan.
"Mereka merasa masuk TNI karena ingin menjadi anggota Korps Baret Merah, dan tidak bisa menerima kenyataan harus melepaskan baret merah di samping sudah bersumpah setia untuk menjadi pasukan komando," tulis Hendro yang menirukan kembali kesaksian Sintong.
Sintong pun menilai mereka yang protes melalui pelepasan tembakan memang sudah tak pantas di Kopassus.
Tindakan itu sudah melanggar disiplin militer yang patuh, dan taat pada pimpinan.

Oleh karena itu, Sintong pun meminta Polisi Militer AD untuk menanganinya.