Pemilu 2019
Bantah Denny JA, BPP Jatim Sebut PA 212 Dekatkan Prabowo-Sandiaga dengan NU dan Muhammadiyah
Tim sukses Prabowo-Sandi di Jatim membantah pernyataan Denny JA bahwa kedekatan Prabowo dengan PA 212 menjauhkan mereka dari NU dan Muhammadiyah.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Jatim pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menanggapi santai pernyataan pimpinan LSI, Denny JA, bahwa kedekatan Prabowo dengan Presidium Alumni (PA) 212 akan menjauhkan capres nomor 02 tersebut dengan dua ormas besar, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Arief Hari Setiawan, anggota Dewan Pembina BPP Jatim menyatakan, PA 212 merupakan sebuah gerakan yang di dalamnya berisi masyarakat dari berbagai organisasi, termasuk NU dan Muhammadiyah.
"Sekarang ini tidak bisa diklaim bahwa 212 bukan NU atau Muhammadiyah. Rasanya batas-batas itu lebih cair," kata Arief kepada Surya.co.id, Selasa (4/11/2018) ketika dikonfirmasi di Surabaya.
• Terungkap Isi Obrolan Habib Bahar dan Ali Ngabalin Juru Bicara Jokowi Setelah Berdebat Sengit
• Tenaga Honorer Jadi Pegawai Setara PNS, Fahri Hamzah Nyinyir, Pengamat: SBY Dulu Juga Begitu
• Terungkap Penilaian Menteri Jokowi pada Karni Ilyas, Lihat Reaksi Luhut Pandjaitan
Pun demikian pula dengan NU dan Muhammadiyah yang menurutnya bukan sebagai organisasi politik yang berafiliasi dengan capres tertentu.
"Artinya, kami masih punya harapan dan persepsi tidak serta merta begitu. NU dan Muhammadiyah jauh dari ini atau itu," kata Arief.
"Yang saya tahu, konsep dua ormas ini kan nonpolitis. Khitohnya begitu. Jadi, apa yang distatement-kan soal itu (arah dukungan) sepertinya juga belum tentu," lanjutnya menguraikan.
Pria yang juga menjabat Ketua DPW PKS Jatim ini menegaskan, yang terjadi justru sebaliknya. Dengan kedekatan Prabowo bersama massa 212 justru membawa kedekatan dengan pemilih di Jatim.
"Di Jawa Timur, (kedekatan) itu menambah signifikansi. Dengan catatan, NU dan Muhammadiyah memiliki konsepsi sendiri tentang politis," kata Arief.
Menurutnya, aksi reuni 212 yang baru selesai dilaksanakan Minggu (2/12/2018) silam justru menjadi tonggak kebangkita persatuan umat.
"Selama ini yang didengungkan (Aksi 212) kan semangat persatuan, toleransi, dan demokrasi," tegas Arief.
Dengan semangat itu, gerakan ini merupakan gerakan keumatan yang tak bisa dimobilisir oleh satupun tokoh kiai. Termasuk, Habib Rizieq Sihab.
"Habib Rizieq pun mengatakan bahwa gerakan bukan karena beliau melainkan karena kesadaran umat," kata Arief.
"Kalau fair melihat gerakan itu, apakah anarkis? Apa ada ajakan memecah belah NKRI? Apakah ada seruan menjelekkan agama lain? Kan tidak ada," kata Arief.
Dengan demikian, ia lantas menyebut bahwa aksi 212 tak laik dianalogikan dengan perpecahan. "Sehingga, kalau kemudian gerakan 212 disebut intoleran kok rasanya cuma sekadar dicari-cari saja," lanjutnya.
"Kemarin saja ada beberapa kelompok atau perorangan non Islam yang juga datang. Jadi, terlalu jauh kalau diarahkan ke perpecahan," pungkas pria yang juga menjadi caleg DPRD Jatim ini dari dapil Jatim 1 ini.