Berita Surabaya
PKB Bisa Menang di Surabaya, Fandi Utomo Buka Peluang Jadi Walikota
"Tentunya PKB akan lebih mudah mengusung Fandi Utomo karena dia sudah mengetahui medan pertarungan."
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Pernyataan Ketua PC Muslimat Surabaya, Lilik Fadhilah bahwa Fandi Utomo laik menjadi Wali Kota Surabaya harus dipertimbangkan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Fandi Utomo yang saat ini berkhidmat di partai besutan Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) bisa berdampak positif bagi PKB.
Pileg 2019, PKB harus berjuang untuk menambah jumlah kursi di DPRD Kota Surabaya.
Saat ini, PKB hanya memiliki 5 kursi. Jika persyaratan untuk mengusung calon adalah 20 persen di kursi parlemen maka PKB masih kurang 5 kursi lagi.
Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Airlangga Pribadi mengatakan, dilihat dari konstalasi Pilkada serentak tahun ini, PKB memiliki pekerjaan berat di Surabaya.
"Pileg ini PKB punya pekerjaan berat. Mereka harus mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan NU. Karena tidak semua kekuatan itu satu jalur politik dengan PKB. Contohnya di Pilkada kemarin, PKB kalah di Surabaya," kata Airlangga, Selasa (24/7/2018).
Dapat ditebak bahwa basis politik dari Kalangan NU tidak utuh.
Ada sebagian besar yang tidak ke PKB. Nah ini, lanjut Angga, yang harus diantisipasi adalah kalangan muslimat.
"Di pilkada kemarin justru mobilitas dukungan ke Khofifah bukan ke PKB. Artinya, kepada pasangan yang diusung oleh PKB," tambahnya.
Kedekatan antara Fandi Utomo dengan Muslimat juga sekaligus bisa menjadi bahan pertimbangan.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair ini juga menyebut, pernyataan Ketua PC Muslimat Surabaya juga layak dipertimbangkan.
Selain itu, dari track record yang ada, Fandi Utomo punya pengalaman pernah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surabaya dalam Pilwali 2010.
"Tentunya PKB akan lebih mudah mengusung Fandi Utomo karena dia sudah mengetahui medan pertarungan," jelasnya.
Bagi Fandi Utomo sendiri, lanjut Angga, punya pekerjaan berat.
Yakni, harus bisa mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan politik di kalangan NU.