Single Focus

Ada Internet dan Teknologi, Bikin Film Jadi Lebih Mudah

Kemudahan akses belajar di internet dan keringkasan sarana teknologi pembuatan film, berdampak positif pada perkembangan komunitas film.

Penulis: Aji Kusuma | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/ahmad zaimul haq
Crew Hompimpa animasi studio di kawasan Jl Dharmawangsa, Kamis (29/3). Studio animasi yang berkibar setelah memproduksi serial animasi Gob and Friends itu merupakan salah satu studio animasi terbaik yang dimiliki Indonesia. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Kemudahan akses belajar di internet dan keringkasan sarana teknologi pembuatan film, berdampak positif pada perkembangan komunitas film.

Di Surabaya, komunitas film tumbuh dan membentuk sinergitas, baik dalam proses edukasi, produksi maupun proses membangun jaringan layar bioskop alternatif.

Namun, Fauzan Abdillah, koordinator Independen Film Surabaya (Infis) mengakui, perkembangan komunitas film di Surabaya masih membutuhkan banyak pegiat agar dapat terus berkembang.

“Kuantitas dan kualitas pegiat film sangat dibutuhkan, baru setelah itu menjalin kerja sama dengan pemerintah, produser, dan media untuk publikasi karya. Tanpa ada pegiat yang sadar untuk terus belajar, maka pertumbuhan komunitas juga tidak akan mengalami perkembangan signifikan,” urainya.

Fauzan memaparkan, ide yang ada di Surabaya ini cukup banyak, mulai dari isu lokalitas, urbanisasi dan berbagai polemik di kota besar tersedia. Sehingga yang harus ditingkatkan, kepekaan filmmaker untuk mengemas ide-ide itu dalam konsep film yang menarik.

“Momen HFN 2018 ini, kami jadikan sarana untuk meningkatkan elaborasi kreativitas komunitas film di Surabaya. Melalui intensitas jaringan diskusi, pemutaran film dan workshop, diharapkan menambah wawasan literasi sinema teman-teman komunitas film,” ujar Fauzan.

Bentuk Stufer

Ucan, sapaan akrab Fauzan Abdillah, menambahkan, untuk menyiapkan regenerasi pegiat komunitas film di Surabaya, Infis fokus menjadi wadah bagi pelajar Surabaya yang ingin belajar produksi film.

Karena itu, sejak 2016, Infis membentuk Surabaya Student Filmmaker (Stufer) yang diikuti pelajar setingkat SMP dan SMA di Surabaya.

“Kami mencoba melakukan hal yang sederhana bersama pelajar Surabaya, memanfaatkan smartphone untuk membuat film, menggali ide-ide yang dekat dengan mereka, dan yang paling penting mereka dapat membuat film melalui secara menyenangkan,” ungkap Ucan yang pernah mendapat kesempatan beasiswa di Busan Asian Film School, Korea Selatan.

Annisa Kartika Putri, siswa kelas XI Multimedia SMK Muhammadiyah 2 Surabaya, mengaku senang bisa bergabung dengan Stufer. Stufer, katanya, menjadi tempat untuk mengembangkan ide dan mencari solusi teknis dalam pembuatan film.

“Menyusun cerita itu tidak mudah tapi bukan berarti tidak menyenangkan, seru seperti bermain teka-teki saat mencoba untuk mereka-reka cerita dari adegan demi adegan,” ujar Annisa, yang filmnya pernah menyabet juara dua dalam kompetisi film antar pelajar di Universitas Negeri Jakarta 2017 silam. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved