Siswa SMA Tantang M Nuh Kerjakan Soal Unas
Sayangnya, pasca ramai surat terbukanya di facebook, pihak sekolah belum bertemu dengan Tatik karena pasca Unas, dia belum masuk.
Penulis: Musahadah | Editor: Wahjoe Harjanto
SURYA Online, SURABAYA - Nama Nurmillaty Abadiah, siswa kelas 12 SMA Khadijah Surabaya ramai diperbincangkan di situs jejaring sosial, dua hari terakhir. Ini setelah dia mengunggah surat terbuka untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud) M Nuh di situs facebook miliknya.
Mengawali tulisan berjudul "Dilematika Unas: Saat Nilai Salah Berbicara", gadis berjilbab ini mendiskripsikan kegalauan seorang siswa ketika mendapat tawaran untuk mendapatkan bocoran soal. Hal itu dilukiskan Nurmillaty dalam sebuah cerita ringan khas remaja.
Setelah itu baru di bahas tentang Unas, mulai dari kecurangan, kesamarataan bobot soal hingga tingkat kesulitan dan adanya joki kunci jawaban.
"Saat hari kedua Unas, saya sempat mengingat-ingat dua soal Matematika yang tidak bisa saya kerjakan. Saya ingat-ingat sampai ke pilihan jawabannya sekalipun. Kemudian setelah Unas selesai, saya pergi menghadap ke guru Matematika saya untuk menanyakan dua soal itu. Saya tuliskan ke selembar kertas, saya serahkan ke beliau dan saya tunggu. Lalu, hasilnya? Guru Matematika saya menggelengkan kepalanya setelah berkutat dengan dua soal itu selama sepuluh menit," tulisnya dalam surat terbuka.
Nurmillaty yang biasa disapa Tatik oleh teman-temannya ini juga menceritakan bagaimana teman-temannya menangis usai mengerjakan soal Biologi dan Fisika yang tidak ada di detik-detik Unas.
Tingkat kesulitan soal Unas tahun ini membuat benteng kejujuran teman-temannya runtuh dan akhirnya mengintip bocoran kunci jawaban yang sudah disebar di sekolah.
Hal itu dilakukan karena mereka dihantui perasaan takut tidak lulus. "Saya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan teman-teman yang terpaksa curang setelah mereka belajar tetapi soal yang keluar seperti itu. Kami mengemban harapan dan angan yang tak sedikit di pundak kami. Harapan guru, sekolah dan orangtua," tulisnya.
Tatik juga menantang Mendikbud M.Nuh untuk mengerjakan soal Matematika yang menurutnya sangat sulit selama dua jam tanpa melihat buku maupun internet. "Jika Bapak bisa menjawab benar 50 persen saja, Bapak saya akui pantas jadi Menteri," katanya.
Tulisan yang di upload tanggal 18 April 2014, pukul 09.06 WIB itu mendapat apresiasi para pengguna media sosial. Bahkan ada 508 yang memberikan komentar dan 1.406 yang menyatakan suka. Tidak sedikit dari mereka yang mengambil artikel itu untuk di share di facebook atau twitter.
Kepala SMA Khadijah Surabaya Muchammad Mas'ud yang dikonfirmasi membenarkan cerita Tatik tentang kesulitannya mengerjakan soal Matematika. "Memang benar dia sempat ke guru Matematikanya dan menunjukkan soal yang dinilainya sulit. Ternyata memang tidak bisa dijawab," kata Mas'ud saat dihubungi, Jumat sore (26/4/2014).
Diakui Mas'ud, di sekolah Tatik tergolong siswa yang menonjol di bidang akademik, terutama Matematika. Anak seorang dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya ini anggota tim Olimpiade Sains Nasional (OSN) sekolahnya, bahkan dalam tes kompetensi Matematika di Australia, dia berhasil meraih medali perak.
Dia juga lulus dalam ujian kurikulum Cambridge di sekolahnya dengan nilai Matematika dan Bahasa Inggris A. Tak hanya itu, Tatik juga pandai menulis puisi dan komik. "Dia pernah juga ikut lomba puisi. Memang anaknya ini banyak prestasinya," sebut Mas'ud.
Sayangnya, pasca ramai surat terbukanya di facebook, pihak sekolah belum bertemu dengan Tatik karena pasca Unas, dia belum masuk. Karena itu pihak sekolah belum bisa memastikan apakah tulisan yang diunggah Tatik itu asli tulisannya. "Anaknya memang pintar menulis. Untuk kepastiannya silahkan ditanyakan anaknya sendiri," sarannya.
Menanggapi surat terbuka Tatik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof M Nuh ditemui usai menjadi pembicara kunci pada workshop "Jalan Tengah Hisab-Rukyat Melalui Teknik Astrofotografi" di JX Internasional, Surabaya mengatakan, ujian itu ibarat orang yang melompat galah. Tidak semua orang bisa.
"Kalau bisa berarti sempurna atau nilainya 100, tapi kalau belum bisa tentu hal itu juga realistis. Itulah tantangan dalam ujian karena dengan kesulitan akan membuat orang berusaha. Kalau tanpa tantangan, maka hidup ini menjadi tidak baik," kata mantan Rektor ITS itu.