Ironi Orang Sakit Sumbang PAD Tertinggi

Ada tren baru pemerintah kota atau kabupaten meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Rudy Hartono
SURYA Online, JEMBER - Ada tren baru pemerintah kota atau kabupaten meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Di Kabupaten Jember, orang sakit rupanya menjadi cara instan bagi sejumlah daerah untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Buktinya, pada tahun 2011 lalu, orang sakit menyumbangkan pendapatan sebesar Rp 92,7 miliar dari total PAD sebesar
Rp 200 miliar.

Pendapatan pos itu paling tinggi dibandingkan dari sektor lain. Sisanya
dibagi dari pendapatan sejumlah sektor seperti pariwisata dan retribusi.

Dari angka 92,7 miliar itu, penyumbang paling tinggi merupakan orang miskin yang berobat di RSD dr SOebandi Jember yang mencapai Rp 70 miliar, sisanya didapatkan dari RSUD Kalisat, RSUD Balung dan 49 Puskesmas se Jember.

Bahkan dalam realisasi pendapatan RSD dr Soebandi  melebihi dari target yakni mencapai Rp 70.811.804.557 atau 101,16 persen. Angka ini jelas melejit dibandingkan tahun 2010 lalu yang hanya Rp 58 miliar.

"Alhamdullilah melebihi target yang ditetapkan dalam APBD, tercapai lebih dari 100 persen. Ada kelebihan pendapatan sekitar Rp 800 juta," ujar Direktur RSD dr Soebandi Jember dr Yuni Ermita.

Pendapatan di RSD dr Soebandi Jember terdiri dari pendapatan pasien umum, pendapatan obat, ambulans, Askes, Jamkesmas dan Jamkesda/SPM.

Dari pendapatan pasien umum memperoleh Rp 19.488.630.907, sedangkan dari pendapatan obat mencapai Rp 14,5 miliar, dari ambulans sebesar Rp 590 juta, dari Askes mencapai Rp 17,7 miliar dan dari Jamkesmas mendapatkan Rp 15,9 miliar. Sedangkan dari Jamkesda atau pasien yang menggunakan surat pernyataan miskin atau Jamkesmas non kuota mencapai Rp 2.461.931.232.

Yuni menambahkan, untuk pasien Jamkesda, sebenarnya pemerintah daerah menarget pendapatan sebesar Rp 4 miliar. Namun yang didapat terealisasi Rp 2,4
miliar. Faktornya karena pengesahan APBD tahun 2011 molor.

Namun realisasi yang lain seperti pendapatan dari Askes melebih target dari target Rp 13 miliar tercapai Rp 17 miliar. Lebih lanjut Yuni berjanji akan semakin memperbaiki pelayanan di rumah sakit, sehingga warga makin percaya untuk mengobatkan dirinya ke rumah sakit daerah tersebut.

Sementara itu, rincian jumlah kunjungan pasien ke RSD dr SOebandi di tahun 2011, pasien umum mencapai 60.925 orang, pasien Askes mencapai 61.174 orang serta pasien Jamkesmas dan Jamkesda mencapai 30.073 orang. Totalnya ada kunjungan sebanyak 152.172 orang dalam setahun ke RSD dr Soebandi Jember.

Kontribusi Pasien Ginjal
Kunjungan pasien umum harus diakui memang menjadi penyumbang PAD bagi pemerintah kabupaten selaku pemilik aset RSD dr Soebandi. Salah satu penyumbang PAD dari orang sakit adalah H Ahmad, warga Kelurahan/Kecamatan Sumbersari yang setiap lima hari sekali harus merogoh kocek untuk biaya cuci darah istrinya. Istrinya melakukan cuci darah di Unit Hemodialisa RSD dr Soebandi.

Setiap kali cuci darah, ia harus mengeluarkan uang Rp 600.000. "Setiap lima hari sekali cuci darah, sebagai pasien umum tarifnya Rp 600.000 setiap cuci darah," kata Ahmad.

Itu hanya untuk satu orang pasien. Padahal di unit tersebut, untuk dua bulan saja di bulan Januari dan Februari lalu saja merawat 350 pasien gagal ginjal yang menjalani cuci darah.

Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Jember yang membidangi pendapatan, M Asir membenarkan kalau PAD Jember masih berharap banyak dari orang sakit. Pendapatan dari orang sakit ini disetujui dalam perencanaan penganggaran.

"Memang harus diakui, orang sakit menyumbang yang paling tinggi untuk tahun 2011 lalu. Itu bisa dilihat dari pendapatan rumah sakit," ujar politisi PDI-Perjuangan tersebut.

Akan tetapi, pola itu akan dirubah untuk tahun 2012 ini. Menurutnya, tahun ini target PAD sebesar Rp 210 miliar. PAD akan didongkrak dari sektor lain terutama pajak dan retribusi daerah.

"Apalagi kan ada sejumlah aturan baru kalau pajak dipungut daerah. Saya kira itu nanti akan menggantikan PAD dari orang sakit," imbuh Asir.

Namun ia tidak bisa menyebutkan berapa prosentase PAD yang akan didapatkan dari orang sakit serta pajak dan retribusi tersebut karena anggaran tahun 2012 masih berjalan.

Melihat jumlah dan angka tersebut setidaknya membenarkan pernyataan anggota KOmisi IX DPR RI, Subagyo Partodiharjo kalau jumlah orang sakit di Jember tinggi. Karenanya, ia menyarankan agar tindakan pencegahan (preventif) lebih diutamakan daripada membiayai warga yang jatuh sakit karena lebih mahal.

"Anggaran kesehatan yang pro-poor (warga miskin) itu adalah yang menyentuh langsung kepada masyarakat, itu bisa di tingkat kesehatan dasar dan dini. Salah satunya di tingkatan preventif. JIka itu dilakukan, maka kualitas kesehatan orang Jember akan bagus," tegas Subagyo.

Sayangnya anggaran kesehatan untuk program pencegahan tersebut tidak tinggi jika dibandingkan sektor lain, akan tetapi di sisi lain,orang sakit masih menjadi cara paling gampang di Jember untuk meraup PAD.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved