Produsen Plat Baja Desak Pengetatan Regulasi Impor

Produsen plat baja lokal kewalahan, mengingat harga jual plat baja impor China jauh lebih murah.

Editor: Tri Dayaning Reviati
SURYA, Online SURABAYA - Plat baja impor China meluber di pasar, produsen plat baja lokal kewalahan. Harga jual plat baja impor China dengan standar yang sedikit asal-asalan jauh lebih murah karena eksportir disana mendapat diskon pajak sebesar 9 persen dari pemerintahan setempat.

"Seharusnya pemerintah di Indonesia juga menerapkan hal sama untuk melindungi produsen lokal agar tetap bisa bersaing, tetapi impor plat baja China malah bea masuknya (BM) nol persen," keluh Gwie Gunadi Gunawan, Dirut PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) usai RUPS di Shangri-La Hotel, Selasa (26/6/2012).

Pemerintah Thailand dan Malaysia, contohnya, sudah menerapkan barrier serupa untuk melindungi industri plat baja dalam negeri di tengah derasnya impor plat baja dari China.

"Selama ini kami memang ekspor tetapi untuk ekspansi sangat sulit, bahkan masuk ke China mustahil. Ini karena harga jual plat baja China untuk pasar domestik sendiri jauh lebih murah dibandingkan punya kita," ujarnya.

Perseroan selama ini mengekspor plat baja ke sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, Australia, Kanada dan Asia Tenggara. "Namun Eropa sedang lesu, Timur Tengah diserbu plat baja dari Eropa Timur, Kanada juga mulai turun permintaannya. Jadi pasar ekspor kita yang tersisa adalah Asia Tenggara," jelas Gwie Gunadi.

Director PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) Hadi Sutjipto menambahkan, untuk bertahan dalam persaingan lazimnya perseroan menggali pasar domestik dan diversifikasi pasar ekspor. 

GDST dan JPRS merupakan produsen plat baja atau baja lempengan yang banyak digunakan industri perkapalan, konstruksi jembatan, tanki timbun, boiler dan power plant.

Bedanya, ukuran lempengan yang dihasilkan JPRS lebih kecil dengan ketebalan hanya 8-25 mm dengan panjang maksimal 6 meter. Sementara GDST memroduksi lempengan plat baja dengan ketebalan hingga 100 mm dengan panjang sampai 12 meter.

"Kebutuhan plat baja nasional sekitar 9 juta ton per tahun, sementara kapasitas produksi perusahaan plat baja nasional baru 6 juta ton per tahun. Artinya, ada peluang tapi hanya 3 juta ton. Nah plat baja impor yang masuk pasar jauh melebihi angka tersebut," jelasnya.

Untuk menyiasati bisnis, Hadi mengaku, membatasi importasi bahan baku. "Kalau bahan bakunya juga impor, bisnis semakin tersendat karena harga baja di pasar internasional fluktuasinya parah," imbuhnya.

Harga jual plat baja di pasar domestik juga berfluktuasi tapi tidak separah pasar internasional. "Harga saat ini Rp 7.900 per kg, sebulan lalu sempat Rp 8.400-8.500 per kg," lanjutnya.

Tahun ini, industri plat baja Tanah Air diproyeksi tumbuh konservatif di angka 7 persen seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional. "Ketua asosiasi dari Krakatau Steel optimistis bisa 15 persen, kami memroyeksi hanya 7 persen karena melihat kondisi pasar saat ini masih begini," pungkas Hadi.
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved