Workshop ALERT 2025 RSUP Kemenkes Surabaya : Optimalkan Sistem Kegawatdaruratan Indonesia

RSUP Kemenkes Surabaya menggelar Workshop dan Simposium ALERT 2025 pada 22–23 November 2025, dihadiri 443 peserta

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id/Sulvi Sofiana
WORKSHOP - Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI, dr. Azhar Jaya, S.H., SKM, MARS dalam Workshop dan Simposium ALERT 2025 di Harris Hotel Gubeng Surabaya . 

Ringkasan Berita:
  • RSUP Kemenkes Surabaya gelar Workshop dan Simposium ALERT 2025, dihadiri 443 peserta dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Jawa Timur, 22-23 November 2025
  • Kegiatan ini wadah berbagi pengetahuan, peningkatan kompetensi, serta koordinasi lintas profesi kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan.
  • RSUP Kemenkes Surabaya juga berencana memperluas pelatihan ke area publik seperti pusat perbelanjaan dan bandara.

 

SURYA.CO.ID, SURABAYA RSUP Kemenkes Surabaya menggelar Workshop dan Simposium ALERT 2025 pada 22–23 November 2025, dihadiri 443 peserta dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Jawa Timur. 

Acara ilmiah ini menjadi wadah berbagi pengetahuan, peningkatan kompetensi, serta koordinasi lintas profesi kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan.

Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI, dr. Azhar Jaya, S.H., SKM, MARS, menegaskan bahwa sistem penanganan kegawatdaruratan di Indonesia masih membutuhkan banyak penguatan.

“Sistem kegawatdaruratan atau emergency di Indonesia sudah ada, tetapi belum berjalan optimal. Karena itu harus kita optimalkan,” tegasnya, Minggu (24/11/2025).

Sistem Emergency Jadi Perhatian Serius Kemenkes

Ia menjelaskan, perhatian pemerintah terhadap pembangunan sistem emergensi saat ini tidak hanya berfokus pada rumah sakit, tetapi juga mencakup layanan dasar seperti puskesmas.

“Kementerian Kesehatan memberikan perhatian serius terkait bagaimana sistem emergency dibangun, bukan hanya di rumah sakit tetapi juga di puskesmas. Dulu masyarakat mengenal puskesmas sebatas layanan dasar, tetapi ke depan puskesmas juga harus mampu merespons kegawatdaruratan,” ujarnya.

Baca juga: Cek Kesehatan Kemenkes 2025 : Kisah Dewi Perawat Lulusan Unair Menjaga Nyawa di Ujung Maluku

Azhar menilai pelatihan seperti ALERT 2025 sangat penting untuk memperkuat kesiapsiagaan tenaga kesehatan serta membangun jejaring respons yang lebih cepat dan terintegrasi.

Sementara itu, Plh. Direktur Utama RSUP Kemenkes Surabaya, dr. Martha Muliana L.S., SH., MARS., M.H.Kes, menjelaskan meskipun rumah sakit baru beroperasi sejak 20 Januari 2025, para dokter dan tenaga kesehatan sangat bersemangat berbagi pengetahuan.

“Kami belum genap satu tahun beroperasi, tetapi para dokter kami sangat antusias untuk berbagi ilmu. Ini bukan soal merasa paling pintar, tetapi bagaimana kita memperkaya wawasan, bertukar informasi, dan meningkatkan keahlian agar respons terhadap kegawatdaruratan semakin baik,” ujarnya.

Ia menambahkan, peningkatan kompetensi tidak hanya dibutuhkan di rumah sakit pusat, tetapi juga di puskesmas, rumah sakit daerah, rumah sakit swasta, hingga fasilitas kelas A seperti RSUP Kemenkes Surabaya.

Koordinasi Multidisiplin

Sementara itu, tantangan terbesar dalam penanganan kegawatdaruratan bukan hanya soal teknologi, tetapi koordinasi multidisiplin.

“Teknologi seperti CT scan atau robotik memang berkembang, tetapi yang paling penting tetap koordinasi. Mulai saat pertama kali menerima laporan hingga pasien ditangani dokter yang kompeten, semua harus berjalan cepat dan terintegrasi,” jelasnya.

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Resmikan Layanan PET Scan dan Radioterapidi RSUP Kemenkes Surabaya

Menurutnya, response time harus dilatih terus-menerus. Ia mencontohkan latihan code blue di rumah sakit hingga simulasi penanganan bencana seperti gempa.

“Latihan itu wajib diulang. Bahkan ketika sudah sering latihan, saat kejadian nyata tenaga kesehatan bisa tetap gagap. Karena itu response time harus diasah terus,” tambahnya.

RSUP Kemenkes Surabaya juga berencana memperluas pelatihan ke area publik seperti pusat perbelanjaan dan bandara.

“Kami ingin memberikan pelatihan ke public area. Di luar negeri orang sangat aware saat terjadi kegawatdaruratan. Kita harus membangun budaya itu agar masyarakat tidak hanya merekam kejadian, tetapi menolong,” tegasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved