Berita Viral

Beredar Dugaan Timothy Sempat Berusaha Keras Cari Teman di Kampus, Sang Ayah Ungkap Fakta Berebeda

Terkait Kasus kematian Timothy Anugerah, beredar dugaan ia Sempat Berusaha Keras Cari Teman di Kampus. Sang ayah beber fakta berbeda.

Youtube Metro TV dan instagram Timothy
Tangkapan layar Lukas (kiri), ayah almarhum Timothy Anugerah klarifikasi soal kematian sang putra. 

SURYA.co.id - Kasus kematian Timothy Anugerah, mahasiswa Universitas Udayana (Unud), masih menyisakan sejumlah misteri.

Bahkan, berbagai isu tentang Timothy juga banyak beredar di media sosial.

Salah satunya isu yang menyebut Timothy semasa hidupnya sempat berusaha keras mencari teman di kampus.

Isu ini mencuat setelah beredar tulisan diduga milik Timothy Anugerah yang mengisyaratkan perjuangannya untuk diterima di lingkungan kampus.

Tulisan ini diduga dibuat saat Timothy Anugerah masih menjadi mahasiswa baru di Unud.

Dalam tulisan tersebut, Timothy menyusun rencana studinya dari semester pertama hingga delapan.

Ia menulis hal-hal yang tampak biasa bagi kebanyakan mahasiswa, namun kini terasa memilukan untuk dibaca ulang.

Pada baris pertama, Timothy menulis: “Semester 1: Belajar keadaan sekeliling kuliah, mengenalkan diri ke sesama rekan mahasiswa.”

Lalu di semester kedua dan ketiga, kalimat yang ia tulis masih serupa: “Mencari teman, mengikuti sebuah organisasi kuliah, mengikuti pertandingan.”

Di semester keempat, tulisannya berubah arah: “Mengikuti organisasi non-kuliah.”

Masuk semester lima dan enam, rencana yang ia tulis berubah menjadi lebih besar: membentuk organisasi sendiri dan menjalankan organisasi sendiri.

Pada dua semester terakhir, catatannya kembali ke hal-hal akademik: tugas akhir (skripsi, karya tulis ilmiah dan lain-lain), wisuda, cari pekerjaan.

Baca juga: Tak Kunjung Minta Maaf Usai Ledek Kematian Timothy, Benarkah Calista Amore Malah Kepergok Ketawa?

Berikut isi tulisan tersebut melansir dari Tribun Bogor.

Rencana Kuliahku

Semester 1: Belajar keadaan sekeliling kuliah, mengenalkan diri ke sesama rekan mahasiswa

Semester 2: Mencari teman, mengikuti sebuah organisasi kuliah, mengikuti pertandingan

Semester 3: Mencari teman, mengikuti sebuah organisasi kuliah, mengikuti pertandingan

Semester 4: Mengikuti organisasi non-kuliah

Semester 5: Membentuk organisasi sendiri

Semester 6: Menjalankan organisasi sendiri

Semester 7: Tugas terakhir (skripsi, karya tulis ilmiah, dan lain-lain)

Semester 8: Tugas terakhir (skripsi, karya tulis ilmiah, dan lain-lain), wisuda, cari pekerjaan

Catatan itu menunjukkan bahwa lebih dari setahun Timothy masih berusaha mencari tempatnya di lingkungan kampus, berjuang menjalin pertemanan dan menyesuaikan diri.

Sang Ayah Ungkap Fakta Berbeda

Namun, fakta berbeda diungkap ayah Timothy, Lukas.

Menurut Lukas, sang anak sudah mahir bergaul dengan teman-temannya.

Pernyataan Lukas ini tentu mematahkan isu yang menyebut bahwa Timothy sempat kesulitan mencari teman.

Awalnya, Lukas menceritakan kondisi Timothy sejak kecil guna menampik isu sakit mental.

Diungkap Lukas, Timothy kecil memang pernah sakit, tapi bukan sakit mental melainkan ada gangguan di pendengarannya.

Hal itulah yang membuat Timothy kecil sempat dibawa ke dokter spesialis.

"(Ada) yang menyatakan bahwa anak saya punya penyakit. Perlu saya jelaskan. Memang pada waktu masih kecil, anak saya ada kelainan pendengaran di mana telinganya tidak dapat mendengar secara baik, sehingga dia kita bawa ke dokter spesialis THT anak. Telinganya semenjak sudah dibersihkan, pendengarannya jadi baik," ungkap Lukas dilansir dari tayangan youtube metro tv news, Minggu (19/10/2025).

Lebih lanjut, Lukas tak menampik jika Timothy pernah didampingi psikolog.

Tapi pendampingan itu terjadi saat Timothy masih anak-anak.

Penyebabnya adalah karena Timothy kesulitan bersosialisasi lantaran keterbatasan bahasa Indonesia.

Sejak kecil, Timothy terbiasa berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

"Waktu itu dari masih dia kecil playgroup itu kita udah masukin dia di sekolah internasional, jadi dia pakai bahasa inggris. Setelah kita lihat perkembangannya di kelas 4 (SD), kok dia tidak bisa bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya dengan bahasa Indonesia, kita khawatir. Oleh sebab itu kita masukin dia ke sekolah nasional plus, bersifat tematik, biar dia dapat bersosialisasi," kata Lukas.

Namun beranjak remaja hingga masuk ke Universitas Udayana, Timothy sudah mahir bergaul dengan teman-temannya.

Ditegaskan Lukas, putranya tidak didampingi psikolog lagi sejak SMP.

Karenanya, Lukas meyakini Timothy tidak punya gangguan psikologis sebelum tewas.

"Pada saat itu kita juga pakai psikolog juga dan dinyatakan (Timothy) sudah bisa bersosialisasi tanpa psikolog itu di SMP. Jadi semenjak dia di Udayana ini dia sudah dinyatakan tidak ada gangguan dari psikologinya," imbuh Lukas.

Dari sanalah Lukas heran kenapa muncul isu Timothy tewas karena mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari gedung.

"Makanya saya kaget, kenapa ini anak diberitakan bahwa terjadi dia (mengakhiri hidup)," ujar Lukas.

Lantaran keheranan itulah Lukas akhirnya membawa kasus kematian Timothy tersebut ke ranah hukum.

Lukas ingin tahu penyebab kematian Timothy, anak kesayangannya.

"Kenapa saya melapor ke Polres Denpasar, penyebabnya adalah tidak ada penjelasan dari pihak kampus yang menyatakan kronologinya kecelakaan itu terjadinya seperti apa," imbuh Lukas.

Terkait kematian Timothy, Lukas juga mencurigai pihak kampus yang hingga kini tak menjelaskan kepadanya soal kronologi tewasnya sang putra.

"Tidak adanya dari pihak kampus menjelaskan secara rinci, memanggil kita, atau kita dipanggil biar jelas. Jadi yang menyebabkan saya pikir kita menyerahkan kepada pihak kepolisian," akui Lukas.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved