Berita Viral

Wanita Jakarta Pengkritik Dedi Mulyadi Ditangkap, Tapi KDM Ngaku Tak Kenal, Siapa yang Laporkan?

Dedi Mulyadi menegaskan tak terlibat dalam penangkapan wanita pengkritiknya. Lantas, siapa yang melaporkannya?

Tribun Jabar
PENGKRITIK DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Wanita Jakarta Pengkritik Dedi Mulyadi Ditangkap, Siapa yang Laporkan? 

Meski bersifat sukarela, surat edaran tersebut telah disampaikan kepada bupati, wali kota, kepala dinas, dan lembaga pendidikan di seluruh Jawa Barat.

Gubernur Dedi menekankan bahwa kontribusi kecil ini bukan sekadar donasi, tetapi bentuk solidaritas nyata antarwarga.

“Kami mengajak ASN, pelajar, dan masyarakat menyisihkan Rp1.000 per hari. Kontribusi sederhana ini menjadi wujud solidaritas dan kesukarelawanan sosial, demi membantu kebutuhan darurat masyarakat,” tulis Dedi dalam SE tersebut.

Respons masyarakat terhadap Rereongan Sapoe Sarebu beragam. Ada yang menyambut positif, ada pula yang menilai program ini berpotensi disalahgunakan jika tidak diawasi ketat.

Edi Kusnaedi (35), warga Bojongsoang, Kabupaten Bandung, mengaku setuju dengan gagasan ini meski tetap berharap pelaksanaannya transparan.

“Seribu rupiah itu kan kecil sekali. Tapi kalau dikumpulkan banyak orang, pasti hasilnya besar. Bisa bantu anak-anak sekolah atau orang sakit yang tidak mampu,” ujar Edi kepada Tribun Jabar, Sabtu (4/10/2025).

Namun ia menegaskan pentingnya pengawasan.

“Apakah uangnya benar-benar sampai ke masyarakat atau tidak? Kita sering dengar bantuan tidak tepat sasaran. Jadi mekanismenya harus jelas, transparan, dan gampang diakses publik. Kalau itu bisa dibuktikan, pasti banyak orang yang mau ikut,” katanya.

Berbeda dengan Edi, Enung (40), warga Soreang, justru merasa khawatir dengan potensi penyalahgunaan dana.

“Terus terang saya kurang setuju. Seribu memang kecil, tapi kalau tiap hari dikumpulkan se-Jawa Barat kan jumlahnya besar sekali. Kalau tidak ada pengawasan ketat, ya rawan dikorupsi,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah provinsi memperkuat sistem pengawasan sebelum program dijalankan secara luas.

“Buat saya, pemerintah harus buktikan dulu sistem pengawasannya benar-benar kuat. Kalau tidak, iuran ini hanya akan menambah ketidakpercayaan masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Wisnu (29) dari Kecamatan Katapang memilih untuk bersikap netral.

“Saya sih ngikut saja apa kata pemerintah. Seribu per hari tidak akan bikin miskin, malah bisa jadi amal kalau betul dipakai membantu orang susah,” katanya.

“Tapi kalau ujung-ujungnya ada kebocoran atau diselewengkan, ya rugi juga masyarakat. Jadi kuncinya pemerintah harus jaga amanah. Kalau benar-benar untuk kebaikan, saya siap ikut.”

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved