Berita Viral

Ancaman Menkeu Purbaya untuk Pertamina: Anggaran Bisa Dipotong Jika BBM Impor Berlanjut

Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Purbaya Yudhi Sadewa, melontarkan peringatan keras kepada Pertamina soal BBM Impor.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
Kompas.com/Tria
MURKA - Menteri Keuangan (Menkeu) RI Purbaya Yudhi Sadewa mengancam Pertamina jika BBM impor berlanjut. 

Sebagai catatan, nilai subsidi dan kompensasi pada APBN tahun 2024 mencapai Rp502 triliun. 

Rinciannya, subsidi energi Rp177,6 triliun, subsidi nonenergi Rp115,1 triliun, dan kompensasi Rp209,3 triliun. 

Sementara untuk APBN 2025, pemerintah menyiapkan Rp479 triliun. Jumlah itu terdiri dari subsidi energi Rp183,9 triliun, subsidi nonenergi Rp104,3 triliun, serta kompensasi Rp190,9 triliun.

Mengapa Pertamina Ngaku Rugi Meski Jual BBM Lebih Mahal dari Malaysia?

SESUAI SPESIFIKASI - Konsumen SPBU Pertamina saat membeli BBM jenis Pertamax.
SESUAI SPESIFIKASI - Konsumen SPBU Pertamina saat membeli BBM jenis Pertamax. (Foto Istimewa Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus)

Pertamina Patra Niaga akhirnya memberikan tanggapan resmi terkait isu yang ramai dibicarakan di media sosial mengenai harga bahan bakar minyak (BBM) dan kondisi keuangan perusahaan.

Isu tersebut mencuat setelah Alif Hijriah, alumni Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), mengunggah sebuah video yang viral di Instagram @aliftowew.

Dalam video itu, Alif menyoroti perbedaan antara Indonesia dan Malaysia, terutama soal produksi dan konsumsi energi.

Ia menyebut bahwa walaupun harga BBM di Indonesia lebih tinggi, Pertamina tetap harus menanggung defisit besar.

Menurut data yang disampaikan Alif, kapasitas produksi harian Pertamina sekitar 583 ribu barel, sedikit lebih tinggi dibandingkan Petronas Malaysia yang menghasilkan 570 ribu barel per hari.

Namun, kebutuhan dalam negeri Indonesia jauh lebih besar, yakni mencapai 1,7 juta barel per hari. Sebaliknya, konsumsi BBM Malaysia hanya sekitar 700 ribu barel per hari.

Artinya, Indonesia menghadapi kekurangan pasokan sekitar 1,1 juta barel per hari yang harus dipenuhi melalui impor.

Sementara itu, Malaysia hanya defisit sekitar 130 ribu barel per hari.

“Jadi Indonesia mengalami defisit sekitar 1,1 juta barel per hari. Sementara Malaysia defisit 130.000 barel per hari. Nah, kekurangan inilah yang harus dipenuhi Indonesia lewat impor,” ujar Alif dalam video yang dikutip Kompas.com.

Dengan harga minyak dunia di level 85 dolar AS per barel, kebutuhan impor Indonesia diperkirakan menelan biaya sekitar 93,5 juta dolar AS per hari atau 34,1 miliar dolar AS per tahun.

Jika dikonversi ke rupiah, angkanya mencapai Rp 566 triliun. Sebagai perbandingan, Malaysia hanya mengeluarkan sekitar Rp 67 triliun per tahun.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved