BI Jatim Mulai Rangkaian JCFF 2025 dengan Business Matching Bertransaksi Rp55,8 Miliar

BI Jatim memulai rangkaian kegiatan Java Coffee & Flavors Fest (JFCC) 2025, Sabtu (23/8/2025).

|
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
sri handi lestari/surya.co.id
JCFF 2025 - Kepala BI KPw Jatim, Ibrahim (ketiga dari kiri) bersama para Deputi dan perwakilan perbankan saat membuka JCFF 2025 di kawasan Kota Lama Surabaya, Sabtu (23/8/2025). Kegiatan JCFF akan berlangsung hingga Senin (25/8/2025). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (BI Jatim) memulai rangkaian kegiatan Java Coffee & Flavors Fest (JCFF) 2025, Sabtu (23/8/2025).

Kegiatan yang berlangsung di kawasan Kota Lama Surabaya tersebut, diawali dengan Lomba Mewarnai untuk anak-anak mulai pukul 08.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan Flavour Innovation Challange mulai pukul 10.00 WIB.

Kedua kegiatan digelar di Plaza Internatio yang berada di sisi barat Taman Sejarah dan Museum Hidup Kota Lama Surabaya.

Di sela kegiatan di atas, sekitar pukul. 09.00 WIB digelar Business Matching (BM) di Hotel Arcadia Surabaya by Horison yang juga berada di kawasan tersebut.

Kegiatan yang berlangsung hingga pukul 16.00 WIB tersebut berhasil mencatatkan transaksi senilai Rp55,8 miliar.

Kepala Perwakilan BI Jawa Timur, Ibrahim, menegaskan capaian tersebut melampaui ekspektasi awal.

“Nilai transaksinya business matching sudah tembus Rp 55,8 miliar sampai pukul 12.30. Dengan rincian transaksi perdagangan sebesar Rp 33,7 miliar, dan business matching pembiayaan mencapai Rp 22,1 miliar," kata Ibrahim di sela acara.

Capaian tahun ini jauh lebih tinggi dibanding 2024 yang hanya sekitar Rp 30 miliar.

“Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan. Waktu itu totalnya sekitar Rp 30-an miliar. Jadi inilah yang kami harapkan,” tambahnya.

Target awal yang ditetapkan sebenarnya Rp50 miliar.

Namun, capaian Rp 55,8 miliar menunjukkan optimisme besar bagi ekosistem kopi nasional.

"Semoga bisa terus bertambah, karena sebenarnya target kami Rp 50 miliar, dan ini sudah tembus. Semoga nanti setelah lelang ada tambahan-tambahan baru. Nanti akan disampaikan update-nya,” jelas Ibrahim.

Capaian tersebut menunjukkan geliat industri kopi Jatim yang terus berkembang.

Terlebih, dukungan dari berbagai pihak, termasuk perbankan besar seperti Bank Mandiri, BRI, dan Bank Exim, menjadi penopang penting agar petani dan pelaku usaha kopi memiliki akses pembiayaan yang lebih kuat.

Lebih jauh Ibrahim mengungkapkan, JCFF ini tidak hanya menampilkan transaksi bisnis, tetapi juga menyajikan jejak panjang sejarah kopi yang melekat pada budaya global maupun Indonesia.

Sejarah mencatat, kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia oleh seorang penggembala yang melihat kambingnya lebih lincah setelah memakan biji kopi.

Dari sana, kopi menyebar ke Yaman, Timur Tengah, hingga akhirnya Belanda membawa bibit kopi ke Jawa dan Sumatra.

Perjalanan sejarah ini menjadi fondasi penting bagaimana kopi akhirnya masuk dalam denyut kehidupan masyarakat Indonesia.

Tak hanya sebagai komoditas perdagangan, kopi kini telah menjelma menjadi gaya hidup modern.

“Kopi itu kan sudah lama menjadi lifestyle. Kita ingat dulu ada film Filosofi Kopi yang membuat generasi muda kemudian mengenal lebih dekat dengan kopi, lalu bermunculan café-café kekinian, dan viral. Itu terus berlanjut sampai sekarang,” terang Ibrahim.

Indonesia kini masuk jajaran lima besar produsen kopi dunia, bersanding dengan Brazil, Vietnam, Kolombia, dan Ethiopia.

Bahkan, momentum semakin berpihak pada Indonesia ketika produksi kopi Vietnam sempat terganggu akibat iklim dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan durian.

Kondisi itu membuat pasokan kopi dunia berkurang dan harga naik, peluang yang bisa dimanfaatkan oleh petani dalam negeri.

Khusus Jatim kontribusi kopi sangat signifikan.

Hampir separuh produksi kopi nasional berasal dari provinsi ini.

Daerah seperti Trawas di Mojokerto menjadi contoh bagaimana kopi lokal menghadirkan kekhasan rasa dan cerita.

Banyak petani di wilayah tersebut mengolah kopi dengan metode beragam, mulai dari full wash hingga semi wash, menciptakan pengalaman unik bagi para penikmatnya.

Selain kopi, Jatim juga dikenal sebagai pusat komoditas pangan strategis.

Produksi padi, telur, daging, bawang merah, cabai, hingga cokelat dan rempah menjadi tulang punggung pasokan nasional.

Untuk itu, dalam gelaran JCFF kali ini, BI Jatim juga menghadirkan komoditas coklat dan  rempah-rempah untuk diperdagangkan.

JCFF ini juga menjadi ajang inklusif yang menggabungkan budaya, olahraga, hingga hiburan.

Agenda seperti stand up comedy, pertunjukan marching band, teatrikal komunitas lokal, hingga lari 5 km dan 3 km digelar untuk menarik lebih banyak lapisan masyarakat.

Dengan begitu, kopi tidak hanya hadir sebagai produk perdagangan, melainkan juga sebagai sarana memperkuat komunitas dan identitas lokal.

Menariknya, kegiatan lelang kopi yang menjadi satu rangkaian dengan business matching juga disiarkan secara daring dan diikuti oleh peserta dari luar negeri.

Hal ini memperluas jangkauan kopi Jatim ke panggung internasional, sejalan dengan ambisi menempatkan Indonesia sebagai pemain utama dalam perdagangan kopi global.

“Alhamdulillah, BI Jatim punya flagship event yang besar. Event ini melibatkan kopi tidak hanya dari Jatim saja, tetapi juga dari Jawa bagian lain, Sumatra, Sulawesi, dan Papua. Harapannya, masyarakat pecinta kopi Jatim punya referensi kopi yang lebih lengkap. Pada ujungnya, bisa menggerakkan pemain-pemain kopi baik dari hulu sampai hilir,” papar Ibrahim.

Dengan capaian transaksi yang melampaui target, dukungan kuat perbankan, dan jejak sejarah panjang yang mengakar, JCFF di Surabaya tahun ini bukan hanya sekadar ajang bisnis saja, tapi juga sekaligus menjadi momentum penting untuk menguatkan posisi kopi Indonesia di pasar global, sembari menjaga warisan budaya yang lahir dari secangkir kopi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved