Amalan Islam

Sholat Tahajud Jam Berapa? Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Sholat Tahajud adalah sholat sunah yang memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah Allah SWT akan memberikan kewibawaan.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
Canva
SHOLAT SUNAH - Ilustrasi waktu sholat tahajud jam berapa? Sholat Tahajud adalah sholat sunah yang memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah Allah SWT akan memberikan kewibawaan dan kemuliaan 

Surya.co.id - Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengerjakan Sholat Tahajud.

Sholat Tahajud adalah sholat sunah yang memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah Allah SWT akan memberikan kewibawaan dan kemuliaan bagi yang rutin melakukannya.

Lantas, sebaiknya mengerjakan Sholat Tahajud jam berapa dan sampai jam berapa?

Sholat Tahajud adalah sholat sunnah yang dilakukan di malam hari.

Waktu pelaksanaannya dimulai setelah Sholat Isya hingga sebelum masuk waktu fajar.

Menurut Ustadz Abdul Somad, Sholat Tahajud adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah tidur.

"Kalau tidur dulu namanya Sholat Tahajud, kalau tidak tidur namanya qiyamul lail," jelasnya dalam ceramah yang diunggah kanal YouTube Dakwah Sejuk, Jumat (30/8/2019).

Baca juga: Doa Mandi Wajib Setelah Haid, Lengkap dengan Tata Caranya

Meski begitu, Ustadz Abdul Somad tetap menganjurkan untuk sholat di malam hari meskipun tanpa tidur.

"Jangan gara-gara tidak tidur lalu tidak Sholat Tahajud. Kalau tidak tidur ya qiyamul lail, sholat qiyamul lail," terangnya.

Baik Sholat Tahajud maupun qiyamul lail sama-sama memiliki banyak keutamaan.
Rasulullah SAW bersabda:

“Lakukan qiyamullail. Karena itu kebiasaan orang shaleh sebelum kalian, bentuk taqarrub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).

Doa Niat Sholat Tahajud

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Ushollii sunnatat tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: Aku (niat) shalat sunat tahajud 2 rakaat, karena Allah Ta’ala

Doa Setelah Sholat Tahajud

اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَالِكُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

اَللّٰهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Allaahumma lakalhamdu anta qayyimus samawaati wal ardhi wa man fiihinna, walakal hamdu, laka mulku samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, walakal hamdu, anta nuurus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna, wa lakal hamdu, anta malikus samaawaati wal ardhi, wa lakal hamdu, antal haqqu, wawa’dukal haqqu, waliqaa uka haqqun, waqauluka haqqun, wal jannatu haqqun, wan naaru haqqun, wannabbiyuuna haqqun, wa muhammadun sallaahu ‘alaihi wa sallama haqqun, wassa’atu haqqun.

Allaahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa’alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wabika khaashamtu, wa ilaika haakamtu, faghfir lii maa qaddamtu wamaa akhrartu, wamaa asrartu wamaa a’lantu, antal muqaddimu wa antal muakhkhiru, laa ilaaha illaa anta.

“Ya Allah, bagi Mu segala puji, Engkau penegak langit, bumi, dan apa yang ada padanya. Bagi-Mu lah segala puji, kepunyaan Engkaulah kerajaan  langit, bumi, dan apa yang ada padanya. Bagi-Mulah segala puji, Engkaulah Pemberi cahaya langit dan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya. Bagi-Mulah segala puji, Engkaulah Penguasa langit dan bumi.

Bagi-Mulah segala puji, Engkaulah Yang Maha Benar, janji-Mu itu benar, bertemu dengan-Mu adalah benar, firman-Mu adalah benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam itu benar, kiamat itu benar. Ya Allah, hanya kepada-Mulah saya berserah diri, kepada-Mulah saya beriman, kepada-Mu saya bertawakal.

Kepada-Mu saya kembali, kepada-Mu saya mengadu, dan kepada-Mu saya berhukum. Maka, ampunilah dosaku yang telah lampau dan yang kemudian, yang saya sembunyikan dan yang terang-terangan, dan yang lebih Engkau ketahui daripada saya. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengemudiankan, tidak ada tuhan melainkan Engkau”.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved