Simbol Toleransi dan Ketahanan Pangan, 1000 Pohon Pisang Raja Ditanam di Probolinggo
Penanaman 1000 pohon pisang raja di Probolinggo jadi simbol toleransi lintas iman dan ketahanan pangan, melibatkan NU, Katolik, dan GKJW.
Ringkasan Berita:
- 1000 pohon pisang raja ditanam di hutan Brabe Maron, Probolinggo, sebagai simbol toleransi dan ketahanan pangan.
- GP Ansor menggandeng NU, Katolik, dan GKJW, melanjutkan semangat persaudaraan lintas iman dari Vatikan hingga SAGKI 2025.
- Penanaman ini menegaskan bahwa toleransi nyata bisa diwujudkan lewat aksi sederhana demi kesejahteraan bersama.
SURYA.co.id, Probolinggo - Minggu (16/11/2025) menjadi saksi kegiatan tak biasa. Tanpa banyak diketahui masyarakat, tiba-tiba 1000 pohon pisang raja ditanam di hutan Kabupaten Probolinggo.
Simbolisasi awal dilakukan dengan menanam sembilan bibit pisang raja di sembilan titik lubang di hutan Brabe, Kecamatan Maron. Lokasi ini berjarak 28 km dari Kota Kraksaan, dengan medan sulit yang membuat perjalanan penuh tantangan.
Penanaman berlangsung pada Sabtu (15/11/2025). Acara diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya dan doa bersama tiga pemuka agama. Meski tanpa seragam resmi, suasana terasa seperti kegiatan nasional.
Ritual penanaman diatur rapi, menghadirkan harmoni, kebersamaan, dan toleransi. Semua peserta tampak menyatu dalam semangat persaudaraan.
Hadir dalam acara Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Kraksaan Kyai Misnaji, Ketua MWC NU Maron Ustadz Cung Asy’ari, Ketua PC GP Ansor Kota Kraksaan Zen Ubaidillah, serta tokoh lintas iman seperti Rm Fadjar Tedjo Soekarno dari Gereja Katolik St Paulus Kraksaan dan Pendeta Yosephine dari GKJW Kraksaan.
Pengurus cabang NU dari Mojokerto juga turut hadir, menambah nuansa kebersamaan lintas daerah.
Ketahanan Pangan dan Toleransi Lintas Iman
Menurut Zen Ubaidillah, kegiatan ini bertema “Dialog Karya Penanaman 1000 Pohon Pisang”. Lokasi penanaman berada di lahan wakaf milik MWC NU Maron, Desa Brabe.
GP Ansor Kota Kraksaan dan GP Ansor Maron menjadi motor kegiatan, lalu menggandeng umat Katolik dan GKJW Kraksaan. Penanaman pisang raja ini ditujukan untuk ketahanan pangan.
“Kegiatan acara ini merupakan bentuk konkrit toleransi antar umat beragama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ ujar Zen Ubaidillah.
Kyai Misnaji menyampaikan kebahagiaannya. Ia memberi restu penuh kepada GP Ansor dan mengapresiasi kejelian sahabat Ansor dalam memanfaatkan potensi organisasi demi kemandirian.
Ustadz Cung Asy’ari juga mendukung penuh. Sebagai Ketua MWC NU Maron sekaligus pemilik tanah wakaf, ia menyerahkan pengelolaan lahan kepada PAC GP Ansor Maron.
Rm. Fadjar Tedjo Soekarno dari Gereja Katolik St Paulus menjelaskan, ide kegiatan lintas iman ini lahir dari pertemuannya dengan Ketum GP Ansor Addin Jauharudin pada September 2025.
Pertemuan itu juga dihadiri AM Putut Prabantoro, penasihat Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia. Dari sinilah gagasan ketahanan pangan lintas iman menguat.
Persahabatan mereka berawal dari audiensi dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 21 Agustus 2024. Rombongan lintas iman itu dipimpin Addin Jauharudin, membawa misi perdamaian dunia berdasarkan Pancasila dan Dokumen Abu Dhabi.
Dokumen Abu Dhabi ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Syeikh Ahmed At-Tayyeb, pada Februari 2019. Isinya menekankan persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup berdampingan.
“Kegiatan ini juga selaras dengan pesan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025. Gereja Katolik diminta berjalan bersama masyarakat dan bangsa, aktif hadir, bermanfaat, serta membangun solidaritas lintas iman,“ ujar Rm. Fadjar.
Persaudaraan Nyata di Lapangan
Pendeta Josephine dari GKJW Kraksaan menekankan pentingnya perjumpaan lintas iman. Menurutnya, umat tidak bisa hidup dalam dunianya sendiri.
Ia mengakui umat kristiani sering canggung bertemu lintas agama. Karena itu, kegiatan tanam pisang menjadi bentuk sederhana toleransi dan persaudaraan.
Josephine menambahkan, perjumpaan lintas iman harus lebih dalam agar menghasilkan kebersamaan nyata.
Pada 25 Oktober 2025, GKJW Kraksaan bersama Gereja Katolik St Paulus melakukan kerja bakti membersihkan lahan pemakaman.
Dari kegiatan itu muncul ide penanaman pohon pisang di Desa Brabe, Kecamatan Maron. Lokasi yang jauh dari Kraksaan menjadi simbol perjuangan bersama.
“Toleransi dan perdamaian harus berujung pada kesejahteraan bersama,“ tegas Josephine.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa persaudaraan lintas iman bisa diwujudkan melalui aksi sederhana namun berdampak besar.
Penanaman 1000 pohon pisang raja bukan sekadar simbol, tetapi langkah konkret menuju ketahanan pangan.
Lebih dari itu, kegiatan ini menegaskan bahwa toleransi bukan hanya wacana, melainkan praktik hidup sehari-hari.
Semangat kebersamaan di hutan Brabe Maron menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
| Gowes Tour de’ Jakarta–IKN 2025, Khofifah Tegaskan Jatim Sebagai Center of Gravity Indonesia |
|
|---|
| Sosok Pilar Saga, Wakil Walikota Tangsel yang Janji Dalam Kasus Perundungan Siswa SMP hingga Tewas |
|
|---|
| Mampukah Jokowi Menangkan PSI di Pemilu 2029? Ini Prediksi Pengamat: Masih Sakti atau Sebaliknya |
|
|---|
| Kecelakaan Pick-Up dan Trailer di Jalan Raya Jombang, Tewaskan Dua Orang |
|
|---|
| Sosok Bos KAI yang Yakin Whoosh Bisa Diperpanjang Sampai Banyuwangi Sesuai Permintaan Prabowo |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Simbolisasi-penanaman-awal-dilakukan-dengan-menanam-sembilan-bibit-pisang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.