2 Abad Perjalanan PP Bahrul Ulum Jombang, Dari Langgar Desa Menjadi Basis Pendidikan Islam Terbesar

Tambakberas dikenal sebagai 'Pesantren Rakyat' karena dekat dengan masyarakat serta menggerakkan perjuangan melawan kolonialisme.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
Istimewa/Madrasah Muallimin Jombang
PESANTREN RAKYAT - Gerbang halaman Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Peringatan 200 tahun PBBU menjadi momentum refleksi dari pesantren rakyat menuju pusat pendidikan Islam di Jawa Timur. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Komunitas pesantren sudah terbukti menjadi salah satu fondasi penting dalam pencerdasan rakyat bahkan sebelum kemerdekaan republik ini.

Salah satunya adalah Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas di Jombang yang mencapai usia 200 tahun atau 2 abad pada tahun 2025. 

Peringatan 200 tahun PBBU tidak sekadar menjadi perayaan monumental, tetapi juga refleksi atas perjalanan panjang pesantren yang berdiri sejak 1825 dan kini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Jawa Timur.

Mengusung tema “Mewariskan Daya Juang, Berkhidmah Membangun Peradaban”, peringatan 2 Abad PPBU di Desa Tambakrejo, Kecamatan/Kabupaten Jombang ini digelar dengan serangkaian acara besar yang berlangsung sejak awal September hingga puncaknya pada 25 Oktober 2025.

Agenda tersebut mencakup liga santri, pengajian akbar, seminar nasional, bedah buku, konser kebangsaan, pameran UMKM, hingga Multaqo Santri Nusantara.

PP Bahrul Ulum didirikan pada tahun 1825 oleh KH Abdus Salam, seorang ulama kharismatik yang dikenal masyarakat sebagai Mbah Kiai Tambakberas. 

Pada awalnya, pesantren ini hanya berupa langgar kecil di tengah perkampungan, tempat masyarakat belajar membaca Al-Quran dan mendalami dasar-dasar ilmu agama Islam.

Seiring waktu, pesantren berkembang pesat. Generasi penerus KH Abdus Salam tidak hanya menjaga tradisi keilmuan klasik, tetapi juga membuka ruang bagi perkembangan sosial dan pendidikan modern. 

Dari sinilah, Tambakberas dikenal sebagai 'Pesantren Rakyat' karena kedekatannya dengan masyarakat serta peranannya dalam menggerakkan perjuangan melawan kolonialisme.

Pada abad ke-20, PP Bahrul Ulum semakin meneguhkan eksistensinya melalui tokoh-tokoh penting, di antaranya KH Abdul Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

Kiprah beliau menjadikan pesantren ini bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat gerakan sosial dan politik kebangsaan.

Sekretaris Umum Yayasan PP Bahrul Ulum, KH Azam Khoiruman Najib atau Gus Heru, menegaskan bahwa peringatan 2 abad ini menjadi sarana untuk menatap masa depan pesantren.

“Dua abad adalah perjalanan yang sangat panjang. Karena itu, perayaan ini tidak hanya bernuansa seremonial, tetapi juga menghadirkan forum-forum strategis yang membicarakan transformasi pesantren dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, hingga pemanfaatan teknologi,” kata Gus Heru saat dikonfirmasi, Minggu (21/9/2025).

Rangkaian acara ini juga akan dihadiri berbagai tokoh nasional. Mulai dari Wakil Gubernur Jawa Timur, Menteri Agama RI, Menko PMK, hingga KH Maruf Amin yang dijadwalkan hadir memberi tausiyah pada pengajian puncak.

Lebih lanjut, Gus Heru menekankan bahwa pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved