SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Kakak beradik yatim piatu Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tulungagung, Wina (19) dan Sela (15) mendapat bantuan kewirausahaan.
Kemensos RI dan Dinas Sosial Tulungagung dibantu para relawan membukakan toko kelontong untuk Wina dan Sela.
Diharapkan dengan toko yang diberi nama Toko Berkah ini mereka bisa mandiri, tidak lagi bergantung pada bantuan orang.
Kini Dinsos Tulungagung mendampingi mereka untuk memastikan kelangsungan usahanya.
Selain itu Dinsos juga mencarikan solusi pendidikan Wina dan Sela yang sempat terputus.
Menurut Kabid Rehabilitasi Sosial, Efif Sakti Wibowo, sebelumnya Wina dan Sela mendapatkan bantuan sembako dan tambahan nutrisi.
“Jadi ini bantuan kedua berupa kewirausahaan. Bantuan ini diputuskan berdasar hasil asesmen pendamping sosial,” ujar Efif.
Untuk kelanjutan pendidikan Wina, Dinsos sudah berkoordinasi dengan SMK Taman Siswa yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Meski dalam keadaan disabilitas, Wina ingin melanjutkan ke sekolah kejuruan.
Karena itu Dinsos memfasilitasi keinginan Wina supaya bisa menyelesaikan pendidikan.
Karena keterbatasan fisik, nantinya proses pembelajarannya dilakukan homeschooling.
“Pertimbangan mobilitas juga, jadi dilakukan homeschooling. Kasihan jika harus tiap hari ke sekolah,” sambung Efif.
Sementara untuk Sela, Dinsos akan bekerja sama dengan SMPN 2 Tulungagung.
Sebelumnya Sela bersekolah di SMP ini sebelum berhenti karena harus merawat ibunya yang sakit.
Nantinya Sela akan melanjut pendidikan yang sempat terhenti.
“Jadi harus menunggu tahun ajaran baru dimulai untuk melanjutkan. Atau jika mau sekarang bisa homeschooling juga,” ujar Efif.
Efif juga memastikan kakak beradik ini tetap menerima bantuan, baik Program Keluarga Harapan (PKH), Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).
Bantuan sosial ini sebenarnya sudah diterima saat ibu mereka masih ada.
Setelah ibunya meninggal dunia, Dinsos mengalihkan bantuan ini ke Wina dan adiknya.
Sebelumnya Wina dan Sela sempat viral kondisinya yang sangat memprihatinkan.
Seluruh perabot rumahnya habis terjual untuk kehidupan sehari-hari.
Aliran listrik juga diputus oleh PLN karena tidak bisa membayar setiap bulan.
Untuk kebutuhan sehari-hari mereka mengandalkan bantuan warga sekitar.
Kini mereka diajar untuk mendiri dengan mengelola toko kelontong di rumahnya.
BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS