Berita Viral

Mengenal Metamfetamin, Bahan yang Bikin Balita 3 Tahun Positif Narkoba di Samarinda Bergelagat Aneh

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi balita dan Sabu yang mengandung Metamfetamin. Mengenal Metamfetamin, Bahan yang Bikin Balita 3 Tahun Positif Narkoba di Samarinda Bergelagat Aneh.

SURYA.co.id - Gelagat aneh yang ditunjukkan Balita 3 Tahun Positif Narkoba di Samarinda, Kalimantan Timur, ternyata akibat efek dari bahan Metamfetamin.

Setelah bahan metamfetamin itu hilang dari tubuh di balita, kondisinya kini sudah membaik.

Diketahui, balita berusia 3 tahun berinisial N menunjukkan gelagat aneh usai minum air mineral, Selasa (6/6/2023).

N biasanya tidur pukul 7 malam. Namun waktu itu, ia masih bangun pukul 10 malam bahkan hingga Subuh.

Ia juga berbicara sendiri ngoceh sendiri, munguti-mungutin sampah di ambal (karpet anyaman), merobek tisu, tidak mau minum, tidak mau makan.

Ternyata, air mineral yang diminum oleh balita itu mengandung narkoba jenis sabu.

N kemudian menjalani tes urin dan dinyatakan positif narkoa.

Dirinya pun menjalani perawatan di RS selama 2 hari.

“Sekarang kondisinya sudah baik.

Setelah kita observasi selama 2 hari, metamfetamin dalam tubuh anak itu sudah hilang,” ungkap dr Arysia Andhina Senin (12/6/2023), melansir dari Kompas.com.

Tim medis lalu memberi infus untuk tambahan cairan guna melarutkan efek sabu, juga memperlancar aktivitas kencing sehingga cepat dibuang melalui air kencing.

“Metamfetamin sudah hilang dan sudah normal.

Aman kok, sudah dipulangkan ke rumahnya, Sabtu (10/6/2023),” katanya.

Lantas, apa itu bahan Metamfetamin?

Melansir dari Halodoc, Metamfetamin atau yang lebih dikenal sabu-sabu adalah jenis narkoba stimulan yang sangat membuat ketagihan.

Narkoba ini berupa bubuk yang bisa dibuat menjadi pil atau kristal. 

Stimulan ini pada awal kamu mengonsumsinya bisa memberikan efek berupa perasaan senang.

Namun kemudian, pengguna bisa merasa gelisah, terlalu bersemangat, marah atau takut.

Ketergantungan obat ini bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan serius.

Metamfetamin sebenarnya adalah obat yang digunakan untuk mengobati attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau hiperaktivitas. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan jumlah dopamin kimia alami di otak.

Dopamin terlibat dalam gerakan tubuh, motivasi, dan penguatan perilaku yang bermanfaat.

Karena itu, metamfetamin bisa membantu meningkatkan kemampuan anak yang mengidap gangguan tersebut untuk berkonsentrasi, tetap fokus pada suatu aktivitas dan mengendalikan masalah perilaku.

Obat ini juga bisa membantu pengidap untuk mengatur tugas dengan baik dan meningkatkan keterampilan mendengar. 

Namun, metamfetamin merupakan salah satu jenis narkoba yang sering disalahgunakan.

Orang-orang menyalahgunakan narkoba ini, karena ingin mendapatkan efek ‘tinggi’, yang bisa memberikan perasaan bahagia, bersemangat dan penuh energi.

Kemampuan obat tersebut untuk melepaskan dopamin yang tinggi dengan cepat di area otak bisa membuat penggunanya menjadi kecanduan dan ingin mendapatkan efek ‘tinggi’ tersebut lagi.

Karena efek dari obat tersebut dimulai dan menghilang dengan cepat, orang sering menggunakan dosis berulang dalam pola “binge and crash”.

Mengonsumsi metamfetamin dalam jumlah kecil saja sebenarnya bisa memberikan banyak efek kesehatan yang sama seperti stimulan lainnya, seperti kokain atau amfetamin.

Efek tersebut, antara lain:

  • Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas fisik.
  • Nafsu makan menurun.
  • Pernafasan lebih cepat.
  • Detak jantung meningkat atau tidak teratur.
  • Peningkatan tekanan darah dan suhu tubuh.

Sosok Ibu Balita N

Ibu balita N bernama Meli, berusia 32 tahun. 

Meli adalah orangtua tunggal sang balita atau single parent, setelah berpisah dengan suaminya saat anaknya masih kecil. 

Meli warga asli Balikpapan merantau ke Samarinda untuk bekerja. 

Dia sempat berjualan online lalu bekerja di warung makan bersama tersangka.

Kepada Tribun Kaltim (grup surya.co.id), Meli mengungkap awal mula anaknya positif narkoba seusai diduga meminum air yang diberikan oleh tetangganya.

Meli dan sang balita berkunjung ke rumah tetangganya pada Selasa (6/6/2023) pukul 16.00 WITA.

"Pada Selasa sore itu, tetangga saya meminta saya untuk datang ke rumahnya, melalui chat WA dan nelfon-nelfon terus, untuk cari uban," ucap Meli kepada TribunKaltim.co saat wawancara eksklusif, Senin (12/6/23).

Diungkapkannya, permintaan tetangganya itu bukan rutinitas biasa, namun permintaan tersebut telah diminta jauh-jauh hari kepada Meli.

"Dari jauh-jauh hari memang dia sudah minta tolong cari uban, tapi saya nggak pernah datang, jadi daripada saya ditelepon terus jadi saya yaudahlah biar aja saya cabutin ubannya," ungkap ibu sang balita.

Begitu sampai di rumah tetangga, dia langsung mencari uban. Adapun status tetangga ini adalah teman satu tempat kerja.

"Sekitar jam 4 sore, sampai di sana saya langsung cari uban karena teman. Kemarin satu tempat kerja sama dia, kenal baik. Jarak rumah dekat saja," ucapnya.

"Saat nyampe si adik itu kan langsung pergi main sama teman-teman di situ atau gimana?," tanya Wartawan TribunKaltim.

"Tidak, sama kita juga, lagi makan snack, lalu minta air minum," jawab Meli.

Air minum tersebut diakui Meli diambilkan langsung oleh tetangganya.

"Karena saya bertamu ke rumah dia, anak saya haus dan minta minum jadi saya bilang, 'Nanti Budhe yang ambilkan' jadi tuan rumah sendiri yang mengambil botol itu, sisa setengah," terang Meli.

Meli mengatakan, tidak ada kecurigaan dari air minum yang diberikan kepada balitanya tersebut

"Botolnya tanggung, 600 ml, saya juga tidak ada kecurigaan, jadi tetangga saya yang mengambil botol itu sendiri," lanjut Meli.

Lanjutnya, keadaan botol minum tersebut normal dan tetangganya langsung membukakannya dan memberikan kepada balita itu.

Si balita meminumnya tetapi tidak samapi habis. Tidak ada menyebutkan ada rasa pahit atau lainnya saat meminum air tersebut.

Ia dan balitanya pun langsung pulang usai mencabut uban.

"Setelah minum, saya selesai cabut uban, langsung saya pulang, (anak) tetap aktif kayak biasa, saya pulang sekitar jam 5 lewat, sebelum maghrib," ucap ibu sang balita.

Tanda-tanda Aneh Sang Balita Usai Pulang dari Rumah Tetangga

Ia menemukan keanehan dari anaknya mulai pukul 8 malam hingga pagi hari. Tidak mau makan, minum, berkeringat berlebih, hingga tidak mau tidur.

"Keanehan pertamanya sekitar jam 8 (malam) itu saya tawarin makan nggak mau makan, mungkin saya pikir udah kenyang makan jajan, bekeringat terus, keringatnya bau, saya mikirnya gini, 'lho keringatnya kok bau? nggak pernah baunya begini' cuma saya mikir mungkin karena kebanyakan main," ungkap Meli.

"Sudah jam 9 malam kok anak saya nggak mau tidur juga, saya bilang yaudah biar aja sampai nanti jam 10 biar agak siang bangunnya. Sampai jam 10 nggak mau tidur saya paksa, menangis dia, karena saya nggak enak sama tetangga saya, rumah saya kan rumah kayu biasa dempet begitu kan, akhirnya saya ketiduran sampai jam setengah 1," lanjutnya.

Usai terbangun, Meli melihat anaknya masih belum tidur.

"Saya bangun kan, saya lihat anak saya masih main, becerita-cerita sendiri, celoteh sendiri, sambil kayak bersih-bersih kumpulin sampah di ambal," ungkap Meli.

Meli pun akhirnya mencoba untuk mengirimkan pesan kepada tetangganya.

"Sampai pagi dia nggak mau tidur, setengah 6 pagi saya chat WA tetangga saya, saya tanya 'maaf Mbak, air yang Mbak kasih semalam itu air apa?' terus dia balas, 'itu air dari tempat kerjaan'," lanjut Meli.

"Langsung saya jawab kembali, 'Mbak tapi ini (anak saya) nggak mau tidur sampai pagi, dia celoteh-celoteh terus ini', sambil saya kirim video waktu subuh-subuh," tukasnya.

"Terus saya lanjut lagi chat WA nya, 'Mbak, ini kata tetangga di samping kok kayak efek narkoba, jadi ini mau dibawa ke BNN untuk diperiksa', setelah itu tetangga saya tidak mau membalas chat saya, tidak mengangkat telepon saya, dan memblokir nomor HP saya," lanjut Meli bercerita.

Usai diblokir, Meli memilih untuk menceritakan soal keanehan balita tersebut di media sosial.

"Setelah saya diblokir oleh tetangga saya, saya curhat di media sosial kondisi saya, mungkin ada yang paham kenapa anak saya seperti itu, lalu di komentar banyak yang bilang kesambet, keteguran, saya sempet mau bawa dia ke orang pintar," ucap Meli.

"Setelah curhat di media sosial ada tim RCP (Reaksi Cepat Perlindungan) Kaltim yang membaca postingan saya dan beliau langsung menghubungi saya, lalu membawa saya ke RSJ untuk tes urine dan dokter menyatakan hasil tes urine saya positif Narkoba," lanjutnya.

Saat ini, diungkapkan Meli, sang balita sudah bisa makan, minu, dan tidur, meskipun sempat mengalami demam. 

Hanya saja, saat ini emosi sang balita menjadi tidak terkontrol.

Adapun harapan yang disampaikan Meli kepada TribunKaltim.co saat wawancara.

"Kekhawatirannya karena efek jangka panjangnya, masih kecil banget udah ngerasain hal seperti itu untuk ke depannya semoga dapat jalan keluar kondisi anak saya sekarang ini untuk pemulihan dan penyembuhannya. Anak lebih baik di dalam rumah aja, jaman sekarang itu susah mempercayai orang walaupun orang itu kita kenal baik," pungkasnya. 

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Berita Terkini