"Luka dalamnya masih parah sebenarnya, jadi dia tidak dapat banyak bergerak. Dia sering merasakan pusing. Sebelum tes, ia harus mengonsumsi obat dan tidak boleh menjauhi air mineral. Jika tidak, rasa nyeri yang parah dapat muncul dan dia tidak dapat berkonsentrasi," ungkap Yeni.
Karena kondisinya tersebut, UNESA telah menyiapkan ruangan tes khusus di lantai satu untuk memudahkan Naufal.
Selain itu, disediakan juga pengawas atau pendamping khusus yang membantunya masuk dan keluar ruangan tes.
Setelah tes, Naufal tampak tegar keluar dan disambut Yeni. Naufal mengatakan bahwa tesnya berjalan lancar. Soal-soalnya sudah dia kerjakan.
Sebelum tes tersebut, ternyata Naufal sudah belajar jauh-jauh hari.
Dia mengerjakan soal baik yang tersedia di internet maupun bimbingan langsung dengan gurunya.
Dia belajar tidak hanya di rumah, pun ketika menemani ibunya berjualan dia tetap membawa buku-buku dan mengerjakan soal-soal.
"Saya harus belajar. Di rumah dan di tempat ibu saya berjualan di kantin sekolah. Kalau ada soal yang sulit, saya ikut bimbingan," katanya.
Menurut Naufal, apapun kondisinya, belajar harus tetap dilakukan.
Karena hanya belajarlah yang membuat potensi yang ada bisa terus berkembang.
Bahkan lebih jauh, belajar juga bisa mewujudkan mimpi seseorang.
"Pengen banget kuliah, saya harus terus belajar agar bisa kuliah," ungkapnya.
Di balik perjuangannya itu, Naufal hanya punya satu tujuan yaitu ingin membanggakan dan membahagiakan ibunya serta mendiang Ayah yang sudah tiada.
"Semoga saja bisa lulus. Kebetulan saya pilih Sains Data dan Teknik Informatika di UPN. Namun, pilih tes di sini (UNESA). Saya pengen sih sebenarnya daftar di UNESA, tetapi kurang percaya diri gitu. Karena mikirnya kondisi saya yang begini," ucap Naufal.
Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Penerimaan dan Kelulusan Mahasiswa, Dr. Sukarmin, M.Pd., mengapresiasi perjuangan peserta tersebut.
Terlebih untuk sampai di UNESA, Naufal dan ibunya menempuh perjalanan menggunakan kereta api.