SURYA.co.id - Keberadaan sampah organik bisa menjadi masalah jika tidak diproses dengan benar.
Sebaliknya, sampah organik memberikan manfaat jika diberi penanganan yang tepat.
Sampah organik bisa dikonversi menjadi cairan multifungsi yang disebut dengan eco enzyme.
Eco enzyme adalah cairan hasil fermentasi sampah organik.
Banyaknya manfaat eco enzyme diperkenalkan kepada masyarakat melalui Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas).
Abdimas yang dilakukan Program Studi Teknologi Industri Pertanian (TIP), Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengambil tema pembuatan dan pemanfaatan eco enzyme.
Acara diselenggarakan di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Kamis (9/2/2023).
Dosen Program Studi TIP UTM menunjukkan cara mudah membuat eco enzyme.
Sosialisasi itu dihadiri sekitar 90 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.
Pelaksanaan abdimas eco enzyme ini juga ikut melengkapi pembelajaran di mapel Biologi, yang salah satu topiknya adalah perubahan lingkungan.
Siswa tidak hanya mengenal fenomena kerusakan lingkungan, namun punya peran aktif dan berkontribusi positif pada lingkungan sekitar.
Narasumber kegiatan, Supriyanto, dosen di Program Studi TIP, menyampaikan eco enzyme bisa dibuat dengan teknik sederhana dan bahan yang mudah diperoleh.
Bahan pembuatan eco enzyme adalah sampah organik segar dari aneka sayur dan kulit buah, gula merah (molase), serta air.
Ketiga bahan dicampur dengan rasio sampah organik, molase, dan air sebesar 3:1:10.
Syarat utama bahan organik adalah sampah organik segar dan belum mengalami pembusukan.
Selain itu, bahan organik itu juga dipilih yang bertekstur lembut, tidak keras seperti biji buah atau kulit pohon.
“Keistimewaan eco enzyme adalah proses produksinya tidak memerlukan lahan yang luas. Fermentasi juga bisa dilakukan di wadah bekas berbahan plastik,” tutur Supriyanto.
Supriyanto menambahkan, itu juga mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.
Fermentasi dilakukan pada wadah yang tertutup (secara anaerobik) selama beberapa minggu.
Paling cepat, eco enzyme bisa dipanen setelah tiga bulan fermentasi dengan cara memisahkan cairan dan padatan.
Padatan bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman, sementara cairan eco enzyme bisa dipakai untuk berbagai keperluan.
Beberapa sumber menyebutkan pemanfaatan eco enzyme mencakup pupuk organik, pestisida alami, hingga pembersih lantai.
Narasumber kedua, Askur Rahman, menyebutkan urgensi dari pengolahan limbah.
Limbah yang menjadi masalah besar di mana-mana harus bisa diatasi.
Jumlah sampah rumah tangga di tempat pembuangan akhir menempati urutan pertama sebagai jumlah terbanyak.
Jika di tataran keluarga sampah itu bisa dikelola, tentu tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir akan terpengaruh.
Upaya yang baik harus dilakukan warga di rumah.
Salah satunya dengan membuat sisa buah dan sayur sebagai bahan utama pembuatan eco enzyme.
“Manusia tidak hidup sehari saja. Aktivitas sehari-hari pasti menghasilkan sampah, termasuk sampah organik antara lain kulit buah dan sayuran,” paparnya.
Tanpa pengolahan yang tepat, limbah ini akan menjadi masalah bagi lingkungan.
Maka, pengolahan sampah organik khususnya di tingkat rumah tangga tidak hanya berdampak pada pengurangan volume sampah di TPA, tetapi juga menekan penggunaan bahan kimia sintetis untuk keperluan sehari-hari.
Mojiono
Pengajar di Prodi Teknologi Industri Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura