Artinya, pola tersebut masih mungkin diterapkan juga pada saat penggantian Andika.
"Nah, memperhatikan hal itu maka menurut saya, sepanjang belum pensiun, peluang jelas besar dan kuat untuk (KSAL) Laksamana Yudo Margono," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/11/2022).
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Siapa Calon Terkuat Panglima TNI Pengganti Jenderal Andika Perkasa? Ini Analisis Pengamat Militer'.
Selain itu, lanjut dia, selama masa pemerintahan Jokowi, belum pernah ada panglima TNI dari lingkungan TNI AL.
Menurutnya, meski tidak ada ketentuan normatif yang mengharuskan pergiliran di antara ketiga matra secara berurutan, namun hal itu bukan berarti tidak penting untuk menjadi pertimbangan.
"Jangan sampai ini menimbulkan konflik terpendam di bawah permukaan yang kemudian berpotensi menghadirkan kerawanan bagi soliditas TNI, terlebih stabilitas nasional," kata dia.
"Apalagi Presiden juga punya cita-cita membangun poros maritim dan jika mencermati dinamika lingkungan strategis, di masa depan kita jelas punya banyak menghadapi tantangan dan ancaman di perairan yang membutuhkan kesiapan," tambahnya.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dipilih Kepala Negara menjadi panglima TNI.
Ia mengatakan, secara normatif, semua kepala staf mempunyai peluang yang sama.
Dijelaskannya, panglima TNI hanya akan dipilih dari kepala staf yang sedang menjabat atau mantan kepala staf yang masih dalam masa dinas keprajuritan.
"Pengusulan itu sepenuhnya merupakan hak prerogatif Presiden, menurut saya ada banyak aspek dan kepentingan nasional yang bakal jadi pertimbangan Presiden," paparnya.
"Siapapun yang dipandang paling layak, tentunya tidak ada alasan untuk tidak diusulkan. Itu sepenuhnya hak Presiden, dan tentunya Presiden juga bertanggung jawab penuh atas usulannya," lanjutnya.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id