Surya Militer

Biodata Kolonel Yudha Airlangga, Perwira Berprestasi Jebolan Kopassus yang Kini Jabat Komandan Korem

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Letkol Yudha Airlangga (kanan), perwira jebolan kopassus yang kini Jabat Komandan Korem. Simak profil dan biodatanya.

SURYA.co.id - Berikut profil dan biodata Kolonel Yudha Airlangga, perwira TNI berprestasi yang kini menjabat sebagai komandan korem 071/Wijayakusuma.

Perwira jebolan Kopassus tersebut sudah banyak mengukir prestasi, bahkan salah satunya masuk Museum Rekor MURI.

Kolonel Yudha Airlangga resmi menjabat Danrem 071/Wijayakusuma pada Sabtu (2/4/2022).

Jabatan baru yang diemban Kolonel Inf Yudha Airlangga itu diketahui menggantikan Kolonel Inf Dwi Lagan Safrudin.

Pelantikan serah terima jabatan tersebut dipimpin Pangdam IV/Diponegoro, Mayjend TNI Rudianto, di Aula Kodam Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.

Dalam sambutannya, Pangdam akui para pejabat yang diganti mampu menjalankan tugas serta bertanggung jawab terhadap jabatannya.

Ia juga meminta para pejabat agara melanjutkan program positif yang disusun para pejabat lama serta membuat program inovatif.

"Tentunya harus bermanfaat bagi satuan untuk dapat menjadi pemimpin yang mampu jadi role model yang baik bagi anak buah demi terlaksananya tugas pokok 'Leadership is action, not position'," tegasnya, melansir dari Wartakota dalam artikel 'Berikut Ini Sosok Kolonel Inf Yudha Airlangga yang Resmi Menjabat Sebagai Danrem 071/Wijayakusuma'.

Selain itu, Pangdam juga sampaikan bila penggantian pejabat di lingkungan TNI AD, khususnya wilayahnya adalah bagian dari mekanisme pembinaan organisasi dan personel.

Sekaligus proses regenerasi kepemimpinan untuk mendorong semangat pembaharuan serta penyegaran pola pikir dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.

Biodata Kolonel Yudha Airlangga

Melansir dari Wikipedia, Kolonel Yudha Airlangga lahir 26 Juli 1976.

Yudha, merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1997 ini dari kecabangan Infanteri (Kopassus).

Jabatan terakhirnya adalah Wakil Komandan Rindam II/Sriwijaya.

Ia adalah sosok yang berprestasi, bahkan namanya masuk Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebanyak dua kali, Rekor tersebut adalah pengibaran bendera merah putih terbesar berukuran 33,5 meter (m) X 22,5 m di Batujajar, Bandung Barat pada 11 April 2015.

Batujajar kembali menjadi saksi bisu Yudha yang mencatat namanya di MURI.

Dia menjadi salah satu dari 14 peterjun yang mengibarkan bendera merah putih terbesar berukuran 9x6 meter pada 19 Maret 2019.

Dalam sepak terjangnya, dia pernah ditugaskan di dalam dan luar negeri, pernah tergabung dalam operasi milter Aceh pada 2002 dan 2004.

Yudha juga pernah terjun dalam operasi militer Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon pada 2006. Ia juga pernah melakukan latihan bersama (Latma) di luar negeri.

Pada 2009, Latma berlangsung di Korea Selatan. Yudha juga pernah menjalani Latma di Australia sebanyak tiga kali pada 2013, 2017, dan 2018.

Riwayat Pendidikan:

  • Akmil (1997)
  • Sesarcabif
  • Pendidikan Komando
  • Diklapa-I
  • Selapa II
  • Seskoad (2011)
  • Sesko TNI (2019)

Riwayat Jabatan:

  • Danyon 811/Aksus Sat-81 Kopassus (2012—2013)
  • Asren Danjen Kopassus[3] (2017—2018)
  • Dansat-81/Kopassus (2018—2019)
  • Asops Kasdam VI/Mulawarman[4] (2019—2021)
  • Wadan Rindam II/Sriwijaya (2021—2022)
  • Danrem 071/Wijayakusuma (2022—Sekarang)

Selamatkan Bocah Lebanon yang Ditangkap Tentara Israel

Kejadian ini dialami Kolonel Yudha saat tergabung dalam Pasukan Garuda dan berusaha bebaskan seorang bocah Lebanon yang ditangkap oleh tentara Israel.

Dilansir dari buku 'Kopassus untuk Indonesia' yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W, prajurit kopassus itu bernama Mayor Yudha Airlangga.

Saat itu Yudha Airlangga masih berpangkat Mayor adalah seorang perwira menengah Kopassus TNI AD yang dikirim ke Lebanon.

Yudha tergabung dalam Kontingen Garuda XIII-A.

Salah satu hal yang diingat Yudha selama penugasan adalah saat tentara Israel menangkap seorang bocah Lebanon.

Bocah 15 tahun itu melempari pagar perbatasan Israel dengan batu.

Mayor Yudha dan rekan-rekannya mencoba membebaskan anak itu.

Tentu bukan dengan senjata melainkan dengan diplomasi.

Sebagai pasukan di bawah bendera PBB, mereka adalah penengah konflik, bukan pasukan tempur.

Saat itu tim Indonesia mendatangi pos militer Israel dan berbicara secara persuasif.

Mereka mencoba meyakinkan militer Israel bahwa pelaku pelemparan hanya seorang bocah di bawah umur.

Prajurit Kopassus itu meyakinkan agar hal itu tak diperpanjang dan melepaskan bocah tersebut.

Namun ternyata niat tersebut tidak langsung dapat diterima oleh militer Israel.

Butuh perjuangan negoisasi selama berjam-jam meyakinkan para tentara Israel tersebut.

Akhirnya setelah negosiasi berlangsung selama empat jam bocah tersebut dibebaskan.

Meski di tengah negoisasi, pasukan Israel tetap siaga dan menodongkan senjata.

“Kita kembangkan sisi kemanusiaannya, sehingga mereka akhirnya berhasil membebaskan anak itu,” kata prajurit baret merah ini.

Kiprah Pasukan Garuda saat bertugas di daerah konflik memang selalu mendapat sambutan baik.

Pasukan Indonesia dikenal ramah dan gampang berbaur dengan penduduk lokal.

Selain itu pasukan Indonesia ringan tangan dan selalu memberikan bantuan kepada masyarakat maupun pasukan lain yang membutuhkan pertolongan.

Tak heran jika setiap penugasan pasukan Garuda selalu diterima dengan baik, bahkan seringkali dijamu oleh masyarakat.

Berbeda dengan pasukan perdamaian lainnya yang biasanya selalu dilempari batu saat patroli oleh warga sekitar.

“Pasukan sudah dibriefing, bahwa jika bertemu dengan warga Libanon harus disapa, diberi salam, namun tetap siaga. Ada yang memberi salam, ada yang tetap memantau situasi sekitar,” kata Yudha.(*)

Berita Terkini