Arifin, ayah Aril yang ditemui surya.co.id sehari sebelumnya di rumah, Senin (2/11/2020) tampak syok sambil memegangi ponselnya.
Saat itu dia masih berharap anaknya pulang dengan selamat.
Untuk menenangkannya, keluarga dan tetangga bergantian mengunjungi kediamannya untuk memberi motivasi. Menguatkan keluarga Arifin agar ada kabar terbaik bagi putra tunggalnya itu yang belum pulang.
Arifin berusaha menyembunyikan kesedihannya ketika menyapa tamu yang datang.
Kini, dia menjadi irit berbicara, dia mengaku sempat mendatangi lokasi penemuan mayat remaja itu, kemudian melihat jasad korban Bukit Jamur di kamar mayat RS Ibnu Sina.
Disana, Arifin belum yakin betul bahwa jasad tersebut merupakan putranya yang masih duduk di bangku kelas VIII SMP itu.
Sekilas, lanjut Arifin, memang memiliki sedikit kemiripan. Seperti bentuk dahi.
"Apapun itu, kami tetap menunggu kabar dari pihak kepolisian. Saya harap tidak ada informasi simpang siur tentang anak saya," pungkasnya.
Sambil menunggu kabar, smartphone miliknya tidak pernah lepas dari genggamannya. Dia berharap ada kabar baik terkait putranya yang belum pulang itu baik dari pihak kepolisian atau siapapun itu.
Setelah putranya dinyatakan hilang, dia bersama keluarga dan tetangga sekitar menggelar doa bersama dirumahnya. Setiap shalat maghrib, keluarga menggelar pengajian. Lantunan ayat suci Al-Quran menggema di rumahnya.
Arifin mengenang putranya yang dikenal memiliki kepribadian yang biasa saja, tidak neko-neko.
Putra semata wayangnya itu biasanya hanya main bersama teman sebayanya, bahkan lebih sering dengan anak usia dibawahnya.
Ia masih yakin, putranya itu tidak memiliki masalah baik berkelahi atau berselisih dengan orang lain.
Selama ini jika keluar rumah, putranya itu hanya bermain di sekitar rumah saja.
"Jarak rumah dengan Bukit Jamur cukup jauh," tutupnya.