Bagian utama mobil itu ada di baterai penyimpan daya listrik. Mobil listrik berdaya 2 kWh itu mampu menemuh jarak sampai 50 Kilometer. Sementara sepeda listrik berbaterai 1 kWh, juga kuat untuk jarak tempuh sampai 50 Km.
Lelaki yang tidak mengenyam dunia pendidikan khusus elektronika itu mengaku bisa merakit kendaraan listrik karena hobi di dunia elektro. Dia belajar secara otodidak.
"Ya hanya lulus SMP saja. Tidak sekolah SMK elektro, atau kuliah," ujarnya. Dia mengenal dunia kelistrikan dari almarhum sang saya. Bapaknya bekerja sebagai tukang servis barang eletronik. Dia mengenal dunia itu dari ayahnya.
Hobi itu kemudian dia tekuni, dan terus dipelajari. "Sekarang ditambah belajarnya gampang, ada internet. Kalau dulu, saya merakit radio komunikasi, jadi saling belajar dengan teman melalui radio komunikasi itu. Namun sekarang ada internet, malah lebih mudah belajarnya. Teman-teman komunitas banyak di Facebook, juga melihat tutorial dari Youtube," imbuhnya.
Meski belajar secara otodidak, karya Sasmito tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam dunia kendaraan listrik Kabupaten Jember, nama Sasmito dikenal luas. Bapak dua anak itu kerap diminta jasanya untuk menyervis sepeda listrik yang bermasalah. Konsumennya kebanyakan berada di kawasan Jember Kota.
Bahkan, dia pernah secara khusus merakitnya sepeda listrik roda tiga untuk seorang ibu di Kelurahan Kreongan Kecamatan Patrang, Jember. Sasmito menuturkan, ibu tersebut ingin berjualan keliling. Namun dia tidak bisa mengendarai sepeda, baik onthel maupun motor. Ibu tersebut berpikiran mengendarai sepeda listrik. Namun sepeda listrik yang tersedia di pasaran juga roda dua.
"Jadi ibu ini tidak bisa naik sepeda roda dua, onthel maupun motor. Dia tahu saya, kemudian pesan sepeda listrik. Akhirnya saya rakitnya roda tiga. Jadi lebih mudah untuknya, tidak takut ngguling lagi. Sudah dua tahun ini, sepeda listrik roda tiga itu dipakai berjualan sama ibu itu," tuturnya. Sasmito juga yang bertugas merawat sepeda listrik itu jika ada masalah.
Sasmito menambahkan, modal awal membuat kendaraan listrik memang mahal. Tetapi untuk biaya operasional lanjutannya sangat murah.
Modal awal merakit mobil listrik misalnya sekitar Rp 8 juta - Rp 12 juta. Sepeda listrik roda tiga mencapai Rp 8 juta.
"Namun biaya operasional sehari-hari sangat murah jika dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak," lanjutnya.
Sepeda listrik 1 kWh hanya membutuhkan biaya listrik Rp 500 bagi rumah tangga yang berdaya listrik 450 watt seperti rumah Sasmito. Atau hanya Rp 1.600 untuk mengisi baterai 1kWh bagi rumah tangga berdaya listrik 1.300 watt. Baterai berdaya listrik 1 kWh bisa dipakai untuk menempuh jarak 50 Km.
Jarak yang sama bisa ditempuh oleh kendaraan bermotor BBM dengan 1 liter BBM. Seperti diketahui harga 1 liter BBM antara Rp 6.450 sampai Rp 9.000 (tergantung harga BBM harian, dan jenis BBM-nya).
Jika diakumulasikan setiap bulan, Sasmito hanya perlu mengeluarkan biaya listrik Rp 15.000 - Rp 30.000 untuk pengisian listrik baterai 1 kWh sampai 2 kWh.
"Keunggulan kendaraan listrik itu jelas lebih irit, juga ramah lingkungan. Kalau mobil mungil kayak punya saya juga lebih mudah, bisa blusukan ke gang-gang kecil," imbuhnya sambil terkekeh.
Ketika disinggung tentang kedatangan anggota tim Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Sasmito membenarkan kunjungan tersebut. Rabu (3/6/2020) pagi, Sasmito mendapatkan kunjungan dari tim Wagub Jatim. Tim tersebut bertanya seputar inovasi mobil listrik yang dibuatnya, dan kendala apa yang dihadapi.