SURYA.co.id | SURABAYA - Jika mampir ke RT 8 RW 9 Kembang Kuning I Kelurahan Darmo Surabaya, tak ada salahnya mencicipi sirup dan minuman berbahan dasar markisa yang diproduksi di sana.
Ialah Wiji Sulistiono, warga Kembang Kuning I yang memproduksi aneka minuman tersebut. Ketua RW 9 Kelurahan Darmo tersebut memanfaatkan tanaman markisa yang ada di kampungnya.
Produknya pun kini menjadi salah satu ikon dari Kampung Kembang Kuning I Surabaya. Sirup dan minuman tersebut dikemas pada botol berukuran 500 mililiter.
Pada botolnya, tertulis 'Produk Olahan Buatan Kembang Kuning I Kel. Darmo' lengkap dengan gambar markisa di atasnya.
"Sebelumnya, saya mengonsumsinya secara pribadi. Setelah kampung dilabeli sebagai 'Kampung Markisa' pada 2019, saya mulai memproduksinya untuk dijual," ungkap warga yang sebelumnya menjadi ketua RT 8 RW 9 Kembang Kuning ini.
Ia membuat olahan tersebut berbekal referensi dari internet dan youtube. Ia mengatakan, produknya bebas dari pengawet buatan dan aman dikonsumsi.
"Untuk membuatnya, markisa dibelah jadi dua terlebih dahulu. Lalu dikerok bagian isinya dan dikumpulkan dalam wadah. Setelah itu, diblender sekitar lima detik," kata Wiji.
Kemudian, markisa yang telah diblender tersebut disaring. Hasil saringannya kemudian direbus dengan air.
"Komposisinya, air saringan markisa 500 mili liter, airnya satu liter. Rebus sampai terlihat berbuih. Aduk sesekali supaya airnya tidak meluber," Wiji menguraikan.
Saat direbus, campur dengan gula dan garam. Kemudian disaring untuk kedua kalinya. Kalau sudah, sirupnya pun siap dikonsumsi.
Untuk dijadikan minuman, Wiji mengatakan, sirup tersebut tinggal ditambah air sesuai selera.
"Kalau mau rasa markisanya lebih terasa, komposisi airnya tidak terlalu banyak. Tinggal disesuaikan saja," ungkap Wiji.
Tahannya, ia melanjutkan, bisa sampai dua bulan kalau disimpan dalam kulkas. Kalau suhu ruang biasa, awet sampai satu bulan.
"Produknya benar-benar tanpa pengawet. Campurannya juga hanya gula dan garam," kata Wiji.
Ia mengatakan, bisa memproduksi setidaknya 12 botol dalam satu bulan. Untuk sirup, dibandrol Rp 20 ribu per botol. Sementara minuman, separuh harga, yakni Rp10 ribu.
"Saya tidak menarget satu bulan harus memproduksi berapa botol. Saya menyesuaikan jumlah buahnya," ungkap Wiji.
Sementara ini, lanjutnya, pemasaran produknya masih di wilayah Kembang Kuning. Ke depan, Wiji mengatakan, akan mendapatkan produknya ke Disperindag untuk mendapatkan lisensi.
"Kalau ada izinnya kan lebih enak untuk pemasarannya. Nanti juga akan saya cantumkan alamat dan nomor saya," ungkapnya.
Melalui produk olahannya tersebut, Wiji berharap warga bisa lebih mengetahui markisa serta manfaatnya.
"Kalau mau ikut mengolahnya juga bisa. Selain itu, produk ini juga untuk memperkenalkan potensi kampung kepada masyarakat luas," urainya.
Anita Rahmalinda, Ketua RT 8 RW 9 Kembang Kuning I menyampaikan, produk khas kampung memang sangat penting.
"Agar bisa dikenal secara luas, kampung memang harus punya khas. Produk olahan bisa menjadi salah satu keunggulan kampung," kata Anita.
Produk olahan markisa milik Wiji, imbuhnya, diharapkan mampu mempromosikan Kampung Kembang Kuning I.
"Olahan markisa bisa menjadi pemasukan warga kampung. Memang, untuk pemasarannya dilakukan secara bertahap. Pelan-pelan, semoga nanti bisa dikembangkan lagi," Anita mengatakan.
Seorang pengunjung kampung, Pita Sari, berkesempatan mencicipi minuman markisa buatan Wiji.
Menurut warga Karang Asem tersebut, minuman tersebut terasa enak. Tidak serik sama sekali.
"Saya pertama kali datang ke kampung ini. Pertama kali juga mencoba minuman markisa. Terlepas dari rasanya, menurut saya, Kembang Kuning I memberikan image yang berbeda dari kampung-kampung lain di Surabaya," Pita mengatakan.
Lanjutnya, ia baru pertama kali mengetahui kampung yang menjadikan markisa sebagai ikon.
"Rasa dari minuman ini juga enak. Apalagi kalau diminum dingin saat panas di siang hari. Semoga kampung ini bisa menginspirasi kampung-kampung lain agar lebih maju," tandasnya.