Berita Lifestyle

Hiasan Unik Ini Terbuat dari Daun Kering, Penasaran cara Membuatnya?

Penulis: Neneng Uswatun Hasanah
Editor: Titis Jati Permata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Produk terbuat dari daun-daun kering hasil karya Nur Azizah Arizah Wardah.

SURYA.co.id | SURABAYA – Nur Azizah Arizah Wardah memperlihatkan ratusan produk hasil karyanya dari kardus dan selontong kain bekas yang dilapisi dengan daun-daun kering, di dalam rumahnya di kawasan Nginden, Surabaya.

Sejak SMP, Azizah telah menghabiskan waktu luangnya untuk membuat hiasan maupun peralatan seperti vas, tempat pensil, buku, vas, dan tempat tisu dengan memanfaatkan kardus bekas yang ada di sekitarnya.

Awalnya, sang ibu, Sutarmi Siti Rofiah lah yang mendapatkan pelatihan mendaur ulang barang bekas menjadi produk baru berhiaskan daun kering.

Karena melihat kesibukan ibunya, Azizah pun ikut mencoba dan lama-kelamaan jatuh cinta dengan kegiatan daur ulang tersebut.

Memanfaatkan daun yang disebut sebagai daun kupu, Azizah dan sang ibu memfokuskan produk mereka pada tekstur dan bentuk daun yang unik.

“Dapat daunnya mudah, banyak sekali pohonnya di sekitar rumah,” kata gadis kelahiran 1 April 1995 itu.

Setelah daunnya dikumpulkan dan dikeringkan, daun kupu itu direbus menggunakan sitrun agar tidak robek dan rusak, lalu ditiriskan dan direndam menggunakan pemutih pakaian sebelum kemudian diberi warna sesuai keinginan atau dibiarkan berwarna putih.

Daun yang telah diproses itu lalu dikeringkan, disetrika, kemudian ditempel pada kerangka yang telah dipersiapkan dari kardus bekas atau selontong kain menggunakan lem kayu.

Mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya itu telah membuat berbagai produk sesuai pesanan.

Rata-rata, sehari ia bisa membuat 5-10 produk yang ia jual dengan harga beragam, dari mulai Rp 10.000-80.000.

Griya Daun Azizah telah banyak menerima pesanan, namun sayangnya keterbatasan tenaga dan waktu juga sempat membuat Azizah dan Rofiah terpaksa menolak pesanan yang terlalu banyak untuk waktu yang terlampau dekat.

“Membuatnya harus telaten. Dari mulai membuat kerangka, mempersiapkan daun, kemudian menempel daun. Semua hanya saya dan ibu yang mengerjakan jadi beberapa kali sempat terpaksa menolak pesanan,” cerita anak bungsu dari tiga bersaudara itu.

Tapi, Azizah berusaha untuk bisa memenuhi pesanan selama masih bisa dikerjakan di sela waktu kuliahnya.

Banyak pula pesanan untuk karya pelajaran kesenian dari siswa SD di dekat rumahnya.

“Mereka awalnya minta dibuatkan, kemudian saya ajari mereka supaya bisa membuat sendiri dengan bahan-bahan yang bisa dibeli di sini,” katanya.

Halaman
12

Berita Terkini