Berita Viral

3 Pakar yang Ungkap Analisis Penyebab Kematian Arya Daru, Akhiri Hidup atau Pembunuhan Berencana?

Kasus kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda yang tewas dengan kepala terlilit lakban, menjadi sorotan banyak pakar di bidangnya.

SURYA.co.id - Kasus kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda yang tewas dengan kepala terlilit lakban, menjadi sorotan banyak pakar di bidangnya.

Mulai dari Kriminolog, pakar digital forensik, hingga pakar mikro ekspresi juga ikut menganalisis penyebab kematian Arya Daru.

Meski demikian, hingga kini pihak kepolisian masih belum menemukan penyebab kematian diplomat muda tersebut.

Apakah mengakhiri hidup, atau bahkan pembunuhan berencana.

Pihak keluarga dan rekan kerja meyakini kalau Mas Daru tak mungkin mengakhiri hidupnya begitu saja.

Baca juga: Tahu Isi Kresek yang Dibuang Arya Daru, Kompolnas Ungkap Hasil Cek CCTV, Plafon hingga Kunci Kamar

Berikut dirangkum SURYA.co.id sederet analisis pakar terkait penyebab kematian Arya Daru.

  1. Kriminolog Sebut Polisi Sudah Tahu Penyebabnya

Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala meyakini polisi sudah tahu penyebab kematian Arya Daru Pangayunan (39) yang jasadnya terlilit lakban di dalkam kamar kos kawasan Menteng, Jakarya 

Menurut Adrianus, polisi sebenarnya sudah tahu penyebabnya, namun belum yakin untuk mengumumkannya.

Hal ini beralasan karena dilihat dari waktu kejadian yang sudah berlangsung seminggu, sementara hasil otopsi tidak sampai satu hari selesai, dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk organ dalam tubuhnya hanya membutuhkan waktu beberapa hari. 

Selain itu, dia juga memperkirakan hasil pemeriksaan digital yang sudah selesai dua hari. 

"Sebetulnya semua data ada di tangan polisi," katanya dikutip dari tayangan Kompas TV pada Senin (14/7/2025). 

Apalagi,  selain Polsek Menteng, kini Polda Metro Jaya juga sudah melakukan olah TKP hingga tiga kali. 

"Dengan kata lain, sudah terkumpul data di kepolisian, tinggal diumumkan. Mungkin dalam hal ini, agar berlangsung dengan baik," katanya. 

Baca juga: Ini Fakta Baru yang Ditemukan Kompolnas di Kasus Kematian Arya Daru, Sebut Makin Lama Makin Jelas

Terkait penyebab kematian, menurut Adrianus ada dua kemungkinan yakni bunuh diri dan pembunuhan. 

Kalau kasus ini dikatakan pembunuhan, ternyata di TKP tidak dimasuki orang lain serta tidak ada barang yang dicuri.  

"Artinya, analisa ada pelaku pembunuhan, tidak bisa dikembangkan," katanya. 

Terkait teori bunuh diri, menurut Adrianus, adanya lakban di kepala diduga digunakan untuk menutup jalan nafas sehingga kemudian yang bersangkutan bisa meninggal dunia. 

"Menutupi jalan nafas untuk mengakibatkan meninggal itu, sangat menyakitkan, yakni membuat diri sendiri tercekik," katanya. 

Adrianus lalu menganalisis adanya obat-obatan di dekat jasad korban. 

"Saya berasumsi obat ini adalah obat tidur, dimana akan membantu mempercepat yang bersangkutan meninggal, karena tenang. Sehingga tidak merssa sakit, ketika jalan nafasnya tersumbat," katanya. 

Meski demikian, Adrianus menduga teori bunuh diri ini juga ada kelemahannya. 

Dalam hal ini, korban tenyata tidak menunjukkan tipikal orang yang hendak bunuh diri.

"Tidak ada gerak-gerik, kata-kata atau tulisan yang mungkin menunjukkan yang bersangkutan hendak melakukan sesuatu yang fatal. Dengan kata lain, teori bunuh diri juga bisa menjadi lemah," katanya. 

Lalu, apa penyebab meninggalnya Arya Daru? 

"Tinggal menunggu hasil otopsi, plus temuan dan bukti-bukti lain yang ditemukan kepolisian," jawab Adrianus. 

Adrianus lalu membeber dua jenis bunuh diri, yakni bersifat macho dan feminin. 

Bunuh diri yang bersifat macho mengandalkan pada keberanian ada unsur jantannya, misalnya, gantung diri atau menembak diri sendiri.

Baca juga: Yakin Arya Daru Dibunuh Terencana, Rekan Diplomat di KBRI Myanmar: Dia Tak Mungkin Lakukan Hal Nekat

Sementara yang bersifat feminin kelihatan lemah seperti minum pil tidur, menyuntik diri, tidak sadar atau minum dalam jumlah banyak.

"Melilit kepala dengan lakban, agak langka, agak-agak feminin, yang bersangkutan tidur dengan baik, ditutupi dengan selimut, siap menghadapi ajalnya," tandasnya. 

2. Pakar Digital Forensik Soroti Kejanggalan CCTV

Di balik sorotan publik dan tajuk-tajuk berita, seorang pakar digital forensik, Abimanyu Wachjoewidajat, menyuarakan temuan-temuan yang menurutnya tidak bisa dianggap remeh.

Dalam tayangan eksklusif TVOne, Abimanyu mengurai satu demi satu kejanggalan dari rekaman CCTV yang tersebar, dan yang paling menyita perhatian adalah... lampu sensor yang tiba-tiba 'malas' menyala.

Salah satu momen yang membuat alis Abimanyu terangkat tinggi adalah rekaman ketika seorang pria, diduga penjaga kos bernama Siswanto, melintas di depan kamar Arya sambil membawa sapu.

Anehnya, lampu di depan kamar tidak menyala.

Padahal dalam rekaman sebelumnya, saat Arya keluar membuang sampah di lokasi yang sama, lampu itu langsung aktif.

Bahkan ketika Siswanto lewat dalam kondisi bertelanjang dada, lampu juga dengan setia menyala. Jadi, kenapa kali ini mati?

"Saat korban lewat, lampu nyala. Saat orang gak pakai baju lewat, lampu nyala. Tapi saat orang bawa sapu lewat, kok lampunya enggak nyala? Emangnya dia hantu?" ujar Abimanyu retoris.

Dugaan sementara, lampu tersebut menggunakan sensor gerak berbasis tenaga surya.

Meski baterainya bisa saja melemah saat malam, menurut Abimanyu, jenis sensor ini tetap akan memunculkan cahaya redup, bukan mati total seperti yang terekam di video.

Baca juga: Alasan Polisi Belum Mengungkap Sebab Kematian Arya Daru, Bukan Bingung, Istana Angkat Bicara 

Abimanyu juga mengamati dua video CCTV yang beredar di media sosial.

Di situ, terlihat bahwa sudut pandang kamera tidak konsisten, ada area yang tampak dalam satu rekaman, namun tidak muncul di rekaman lainnya.

Bagi Abimanyu, ini menimbulkan pertanyaan penting:

Apakah ada CCTV yang sengaja disunting sebelum dipublikasikan?

"Kalau kita berpikir ada pihak kedua yang sudah lebih dulu masuk kamar, artinya si korban menyusul pulang.

Tapi rekaman yang diberikan ke publik belum memperlihatkan rentang waktu jelas. Bisa jadi ada orang di kamar sebelum Arya datang," ungkapnya.

Ada satu lagi yang bikin penasaran: kemungkinan kamera CCTV lain yang belum ikut ditampilkan ke publik. Rumah kos tersebut memiliki bentuk bangunan memutar, dan secara logika, harusnya ada kamera tambahan dengan sudut tangkap berbeda.

"Kalau di sini blind spot, pasti ada kamera lain yang bisa lihat dari sudut berbeda. Kalau ada orang masuk dengan menyelinap, mungkin kamera satu tidak lihat, tapi kamera lainnya bisa," katanya.

Abimanyu mendesak penyidik untuk mengungkap semua rekaman yang tersedia. Menurutnya, jika niatnya adalah mencari kebenaran, maka seluruh potongan waktu harus diperiksa.

Dalam pernyataannya, Abimanyu mengingatkan agar publik tidak mengalami "déjà vu" seperti dalam kasus kematian Mirna Salihin yang menyeret Jessica Wongso.

Saat itu, satu CCTV penting tidak pernah ditampilkan di persidangan, dan baru muncul ketika ayah Mirna mengungkapnya dalam acara TV.

"Jangan sampai deja vu Jessica Wongso. Waktu itu, CCTV belakang cafe yang krusial malah tidak diungkap sejak awal," tegasnya.

Abimanyu menyampaikan pesan penting kepada aparat hukum: transparansi adalah kunci.

Jika semua rekaman ditampilkan secara utuh, maka kebenaran akan lebih mudah dicapai. 

Tapi jika hanya sebagian yang dibuka, maka publik patut bertanya, apa sebenarnya yang ingin disampaikan?

"Kalau hanya ingin menuntaskan, ya tinggal bilang bunuh diri atau pembunuhan tanpa pelaku. Tapi kalau mau benar-benar mengungkap, ya buka semua CCTV yang ada," pungkasnya.

Baca juga: 4 Fakta Terbaru Kematian Arya Daru: Siswanto Penjaga Kos Hilang Misterius, Karyawan Toko Resign

3. Pakar Mikroekspresi Ungkap Kejanggalan Posisi Jasad

Pakar Mikroekspresi, Kirdi Putra, yakin penyebab kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan karena dibunuh. 

Ia menyebut, kondisi seseorang yang mengakhiri hidupnya tidak akan tertata rapi saat ditemukan.

“Enggak, enggak, enggak ujuk-ujuk tiba-tiba selesai gitu aja. Pasti ada bocoran-bocoran kecil tapi orang enggak ngeh aja biasanya yang baru nyambung setelah dia bunuh diri."

"Kalau terlihat dari gerak-geriknya itu saya tidak bisa melihat bahwa dia ada intensi buat itu,” kata Kirdi, dikutip SURYA.CO.ID dari tayangan di YouTube SindoNews TV.

Dia pun menyoroti kondisi jasad Arya Daru yang kondisi kepalanya terlilit lakban.

“Nah, kalau bayangkan bahwa kita melilit enggak usah pakai lakban deh, pakai tisu gulung aja dililit butuh waktu lama loh dan sulit loh."

"Dan itu pasti seseknya itu membuat tubuh itu enggak karuan gerakannya,” ujarnya.

“Dan ini masih terbungkus rapi di dalam selimut."

"Rapi juga, apa namanya lakbannya di muka. Nah, buat saya ini sangat kasus yang cukup absurd dan arahnya sebagian besar sudah kecil untuk bunuh diri,” ujar Kirdi.

Kirdi menambahkan bahwa seseorang akan terlihat dari gerak-gerik kebiasaan sehari-harinya. Jika terlihat janggal, maka akan terlihat ada sesuatu yang sedang dialaminya.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved