Berita Viral

Kisah Pilu Saryono Tak Diangkat Jadi PPPK Padahal 33 Tahun Jadi Honorer, Ikut Seleksi Sejak 2005

Begini kisah pilu Saryono tak kunjung diangkat jadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Padahal, 33 tahun jadi honorer.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin
HONORER - Guru honorer di Sukabumi, Jawa Barat, Saryono, yang tak kunjung diangkat jadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 

SURYA.CO.ID - Di usia 55 tahun, Saryono masih berharap dirinya bisa Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). 

Sebab, ia sudah mengabdi sebagai guru honorer selama 33 tahun silam, tepatnya sejak tahun 1992. 

Saryono pun sudah melakukan berbagai cara untuk bisa diangkat menjadi PPPK atau CPNS.

Bahkan, ia sudah memenuhi mengikuti program sertifikasi dan seleksi Guru Bantu Sekolah (GBS) pada 2005 lalu. 

Namun hingga kini, ia belum pernah diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

"Saya juga sudah beberapa kali melakukan ajuan untuk menunjang kehidupan saya."

"Ikut testing juga untuk masalah GBS, sertifikasi juga sudah, tapi belum diangkat PNS, masih belum ada kabar," kata Saryono.

Kini, Saryono hanya bisa berharap, pengabdiannya selama ini mendapat apresiasi dari pemerintah.

"Harapan saya kepada pemerintah, mohon dengan sangat untuk mengangkat saya, baik melalui PPPK atau PNS secara otomatis."

"Karena apa, dilihat dari pengabdian begitu lama, usia begitu lanjut juga. Mau kapan lagi, kalau saya nantinya tidak kebagian jatah, sedangkan pengabdian sudah begitu lama," pungkasnya, dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Jabar. 

Perjuangan Saryono Jadi Honorer

Baca juga: Perjuangan Saryono Hidupi Keluarga dan 2 Ipar, 33 Tahun Honorer Digaji Rp 350 Ribu Dibayar Triwulan

Lebih lanjut, Saryono menceritakan perjuangannya menjadi guru honorer di pelosok Sukabumi. 

Saryono mulai mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tegal Panjang, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas sejak 1992.

Di awal karier, ia harus berjalan kaki ke sekolah karena keterbatasan fasilitas dan infrastruktur di wilayah yang terisolasi.

"Saya itu mulai mengajar dari tahun 1992, jadi sampai sekarang sudah 33 tahun, begitu susah payah."

"Dulu digaji melalui SPP dari iuran masyarakat, sebulan cuma Rp 10.000. Tidak ada generasi di sini karena tempatnya juga jauh dari kota, terpencil, terisolir," ungkapnya.

Kini, Saryono mengandalkan sepeda motor bekas yang dibelinya tiga tahun lalu.

Dengan sepeda motor bekas yang dibeli 3 tahun lalu, Saryono menjalani rutinitas menempuh sejauh 7 kilometer dari rumahnya di Kampung Jaringao, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciraca, menuju Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas.

Ia menempuh perjalanan sekitar 30 menit. 

Pada musim hujan, jalanan yang ia lewati bahkan semakin memprihatinkan.

Biayai Keluarga dan Ipar

HONORER - Saryono, guru honorer di Sukabumi
HONORER - Saryono, guru honorer di Sukabumi (Tribun Jabar/M Rizal Jalaludin)

Perjuangan Saryono tak sebanding dengan upah yang ia terima. 

Saryono saat ini digaji Rp350 ribu per bulan, yang dibayar setiap tiga bulan sekali, tepatnya saat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) cair.

Dengan honor Rp 350 ribu yang dibayar tiga bulan sekali, Saryono tak hanya menanggung istri dan anak-anaknya.

Ia juga merawat dua kakak iparnya yang sudah lanjut usia dan tidak lagi mampu beraktivitas.

"Agar bisa menunjang seluruh anggota keluarga, saya bertani palawija. Juga supaya istri ada kegiatan di rumah, itu dagang kecil-kecilan," ujarnya.

Kerja Sampingan

Menyiasati itu, Saryono pun melakukan pekerjaan sampingan dengan bertani palawija yang dibantu oleh istrinya.

"Agar bisa menunjang seluruh anggota keluarga, saya bertani palawija, juga supaya istri ada kegiatan di rumah itu dagang kecil-kecilan."

"Kalau honorer dari sekolah sekarang itu cuma 350 setiap triwulan sekali, karena begitu keluar BOS itu baru ada honor," tutur Saryono.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved