Mahasiswa UC Ciptakan Board Game Edukatif, Bantu Siswa SD Belajar Matematika Lewat Cerita Rakyat

Mahasiswi Universitas Ciputra menciptakan permainan edukatif unik yang dinamakan Nusa Math untuk memudahkan anak memahami pelajaran matematika

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Cak Sur
Istimewa
NUSA MATH - Gabriella Faustine Olliem, mahasiswi Visual Communication Design Universitas Ciputra (VCD UC), menunjukkan permainan edukatif unik buatannya yang dinamakan Nusa Math, Sabtu (28/6/2025). Lewat permainan kartu yang ia rancang sendiri, Gabriella menyelipkan konsep-konsep dasar matematika yang dikemas dengan cerita rakyat khas Indonesia, agar anak-anak usia sekolah dasar bisa belajar sambil bermain. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Berawal dari keprihatinan terhadap adiknya yang kesulitan memahami pelajaran matematika, Gabriella Faustine Olliem, mahasiswi Visual Communication Design Universitas Ciputra (VCD UC) menciptakan sebuah permainan edukatif unik yang dinamakan Nusa Math.

Lewat permainan kartu yang ia rancang sendiri, Gabriella menyelipkan konsep-konsep dasar matematika yang dikemas dengan cerita rakyat Indonesia, agar anak-anak usia sekolah dasar bisa belajar sambil bermain.

“Permainan ini terinspirasi dari adik saya yang kesulitan belajar matematika. Saya ingin membuat media belajar yang menyenangkan dan sekaligus memperkenalkan budaya lokal,” ungkap Gabriella, Sabtu (28/6/2025).

Gabriella menjelaskan, bahwa proses penciptaan board game ini tidak hanya berdasarkan kreativitas semata, tetapi juga melalui pengamatan langsung terhadap anak-anak usia sekolah dasar, terutama siswa kelas 1 hingga kelas 5 SD. 

Ia menyadari bahwa banyak siswa hanya sekadar menghafal rumus atau prosedur tanpa benar-benar memahami maksud dari konsep matematika itu sendiri.

“Adik saya kelas lima SD, kebanyakan anak seusia adik saya mereka terlalu menghapalkan, tapi tidak mengerti apa yang dimaksudkan. Saya mencoba mencari cara membuat matematika yang lebih menyenangkan, supaya mereka juga bisa menikmati,” ceritanya.

Permainan yang ia kembangkan berbasis kartu, bukan berbasis digital, dengan pertimbangan agar lebih mudah diakses oleh siapa saja dan tidak bergantung pada gawai. 

Dalam permainannya, Gabriella menambahkan elemen khas Indonesia berupa sifat rakyat atau kearifan lokal. 

Ia menyebutkan, bahwa ide tersebut muncul setelah membaca jurnal yang menyebutkan bahwa dalam budaya suatu masyarakat, tersimpan pula konsep-konsep dasar matematika.

"Target utama dari permainan ini adalah anak-anak berusia 6 sampai 9 tahun. Oleh karena itu, saya mengaku harus menyesuaikan bahasa dan tampilan agar mudah dimengerti anak-anak dalam usia dini," urainya.

Gabriella pun melakukan beberapa tahap uji coba langsung ke anak-anak, termasuk user testing dan diskusi dengan para ahli.

“Permainannya itu untuk anak-anak kelas 1 sampai kelas 5 SD. Saya coba user testing juga,” katanya.

Hasilnya cukup menggembirakan. Anak-anak menunjukkan antusiasme tinggi ketika bermain. 

Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang bermain hingga sepuluh ronde tanpa merasa bosan. Gabriella menilai, itu sebagai tanda bahwa permainan yang ia buat berhasil diserap dan dipahami anak-anak.

“Kalau mereka bermain lancar, bisa pasang kartu, bisa berlanjut beberapa ronde, bahkan sampai sepuluh ronde lagi, itu berarti mereka paham,” ujarnya yakin. 

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved