Kisah Umar Patek

Kopi Ramu 1966 : Dari Secangkir Kopi Rempah di Rumah, Umar Patek Pertahankan Resep Racikan Sang Ibu

Bagi Umar Patek, kopi bukan hanya minuman, namun langkah memulai awal untuk bangkit. Ia bertekad untuk bergerak maju, menjadi pribadi lebih baik

|
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Nur Ika Anisa
UMAR PATEK BIKIN KOPI - Umar Patek atau pemilik nama asli Hisyam bin Alizein meramu kopi di Hedon Estate Surabaya pada Selasa (3/5/2025). Kesibukannya mendalami kopi ini, telah berlangsung sekitar 2 tahun, sejak pertemuannya dengan pengusaha Surabaya, drg David Andreasmito hingga menghasilkan kolaborasi eksklusif untuk 3 jenis kopi racikan eks napi teroris tersebut. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Umar Patek (59) tengah sibuk meramu dan memadatkan bubuk kopi dengan tamper untuk secangkir espresso ala barista.

Ia menunggu, sembari melihat mesin yang tengah mengeluarkan cairan berwarna coklat tua dengan tekstur agak kental di atas cangkir hitam. Lalu melempar senyum sumringah sembari menghidangkan kopi racikannya tersebut.

Sekilas kesibukan mantan napi teroris, yang kini telah sadar dan berpikir untuk kembali ke masyarakat. 

Baca juga: Kisah Umar Patek, Dulu Merakit Bom Kini Sibuk Meracik Kopi

Sejak keluar dari Lapas Porong Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) dan bertemu pengusaha asal Surabaya, drg David Andreasmito, Umar Patek sibuk mengasah skillnya meramu kopi.

Ada 3 jenis kopi yang dihadirkan dalam kolaborasi bersama Hedon Estate Kitchen Lounge milik drg David.

Yakni kopi arabika, robusta dan kopi rempah. Beans yang digunakan untuk arabika diambil dari Gunung Ijen, Jawa Timur. 

Umar menyebut, tidak menutup kemungkinan untuk eksplore banyak biji kopi nusantara lainnya.

“Jenis kopinya ada Arabica dan Robusta. Arabika saya ambil dari Ijen, robustanya dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Nantinya saya akan mencoba robusta dari daerah lain,” sebut Umar di Hedon Estate Surabaya pada Selasa (3/6/2025).

Baca juga: Pertemuan Penyintas Bom Bali Chusnul Chotimah dengan Umar Patek : Tolong Intip Sedikit Hidup Kami

Kehadiran Umar memulai babak baru dalam hidupnya, tak luput dari dukungan keluarga. Termasuk dalam menggunakan resep racikan kopi sang ibu di Kopi Ramu 1966.

Jenis kopi rempah yang ditawarkan, disebut warisan ilmu meramu dari ibu. Ilmu itu diakuinya telah dijaga turun temurun oleh keluarga.

Minuman kopi yang unik, menggabungkan aroma dan rasa pahit kopi dengan berbagai macam rempah khas Indonesia.

“Saya sejak kecil sudah terbiasa minum kopi, jadi terbiasa dengan itu. Sehari-hari minum kopi, apalagi kopi rempah yang meracik sendiri,” ungkapnya.

Kekayaan kopi Indonesia menarik Umar untuk lebih meningkatkan kemampuannya di bidang kopi. Seperti kopi yang dihasilkan dari Bondowoso, yakni kopi ijen.

“Kopi saya mulai kopi rempah, kalau kopi arabika yang saya ramu itu memunculkan taste macam-macam, ada rasa cokelat, kacang dan lain-lain. Kopi rempah itu saya ramu dengan bahan-bahan rempah Indonesia, warisan resep ibu saya, dan menghasilkan aroma dan rasa yang bisa dicoba,” paparnya.

Kopi ijen memiliki tingka keasaman yang rendah dan memiliki sedikit rasa kacang-kacangan dan cokelat. Kemampuan Umar untuk mengeluarkan rasa kopi tersebut, patut diacungi jempol. 

Pasalnya, ia baru menemukan passionnya di kopi sejak 2 tahun belakang, setelah berkali-kali gagal mencari pekerjaan, lantaran stigma mantan teroris yang melekat pada dirinya.

Dulu ia diburu dunia. Namanya masuk daftar hitam teroris paling dicari di negara-negara Asia Tenggara dan Amerika Serikat. Kepalanya dihargai 1 miliar.

Namun, dunia berubah. Begitu pula Umar Patek. Setelah menjalani lebih dari separuh hukumannya, ia resmi menghirup udara bebas melalui program pembebasan bersyarat. Kini, ia menyandang status klien pemasyarakatan hingga April 2030.

“Sementara saya tidak muluk-muluk, sebagaimana bisa diterima di Pulau Jawa ini, dan bagaimana merambah ke tingkat nasional,” ungkapnya.

Dulu ia meramu bahan peledak, kini meramu kopi yang rasa pahitnya ia klaim menyembuhkan. 

Dari kebiasaannya meramu kopi di rumah, rupanya mendapatkan perhatian dari pemilik Hedon Estate dan, kini resmi bermitra dengan kafe di Surabaya tersebut.

Bagi Umar Patek, kopi bukan hanya minuman, namun langkah memulai awal untuk bangkit. 

Ia bertekad untuk bergerak maju, menjadi pribadi lebih baik dan bermanfaat. Kini, ia hadir sebagai wirausahawan.

Umar Patek tak menyangkal atas masa lalunya. Namun, ia menunjukan kontribusinya dan menghadirkan Kopi Ramu 1966 sebagai simbol perubahan.

“Rasa pahit itu dulu menghancurkan, sekarang pahit ini menyembuhkan. Ini bukan sekadar kopi, tetapi perubahan, tentang  memilih hidup baru,” ungkapnya.

Sementara, drg David berharap dengan lini bisnis ini, Umar Patek dapat membalas kebaikan dan menerima kemampuan orang lain dan sukses dengan banyak karyawan.

Ke depannya, kolaborasi ini akan diperluas dengan membangun koneksi dengan warung kopi, kafe-kafe dan menjangkau lebih banyak penyuka kopi di Indonesia.

“Keseharian saya, kondisi apa pun saya menolong orang. kebetulan saya menolong satu Umar Patek, harapan saya nanti Umar Patek bisa menolong para penyintas yang jadi korban,” ungkapnya.

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved