Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo Panen Kompos dari Sumur Resapan

Kampung Edukasi Sampah RT 23 RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, menggelar panen kompos dari sumur resapan.

Foto Istimewa
PANEN KOMPOS - Warga Kampung Edukasi Sampah RT 23 RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, saat menggelar panen kompos dari sumur resapan. Sumur resapan itu telah dioptimalkan sebagai tempat pengolahan sampah organik. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Kampung Edukasi Sampah RT 23 RW 07, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, menggelar panen kompos dari sumur resapan.

Sumur resapan itu telah dioptimalkan sebagai tempat pengolahan sampah organik.

"Kegiatan ini bukan sekadar kerja bakti biasa. Di balik tumpukan daun dan ranting yang berubah menjadi kompos, tersimpan sebuah inovasi sederhana namun berdampak besar yaitu pemanfaatan sumur resapan multifungsi yang tak hanya mempercepat resapan air hujan, tetapi juga mengolah sampah organik menjadi pupuk alami," kata Andi Hariyadi, Ketua RT 23 di tengah-tengah kegiatan, Minggu (19/5/2025).

Dengan mengusung konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), kampung ini menjadi contoh nyata, perubahan bisa dimulai dari tingkat RT.

Sumur resapan yang dulunya hanya untuk mencegah banjir, kini berfungsi ganda sebagai pengomposan.

"Hasilnya kami manfaatkan untuk taman warga, kebun sayur, bahkan sebagai media belajar anak-anak tentang daur ulang,” ungkap Andri.

Edi Priyanto, pegiat lingkungan sekaligus penggagas Kampung Edukasi Sampah, menekankan kekuatan utama dari gerakan ini terletak pada kolaborasi.

“Inovasi ini bukan sekadar soal teknis pengomposan, tapi soal membangun budaya peduli lingkungan dari hal kecil. Ini bentuk edukasi yang hidup di mana warga, kader lingkungan, dan anak-anak muda terlibat aktif. Pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi bagian dari tanggung jawab sosial kita bersama,” beber Edi.

Panen kompos ini dilakukan secara berkala, setiap dua hingga tiga bulan. 

Pendekatan sederhana namun efektif ini telah menarik perhatian dari berbagai daerah di luar Provinsi Jawa Timur. 

Rombongan camat, lurah, hingga komunitas dari provinsi Bali, Jambi, dan Kalimantan telah datang langsung untuk melakukan studi tiru di kampung ini.

Mereka ingin melihat dari dekat bagaimana inovasi lingkungan bisa tumbuh dari skala mikro dan dilakukan secara swadaya.

Kini, Kampung Edukasi Sampah tak hanya menjadi pusat pengelolaan lingkungan, tapi juga laboratorium sosial dan ruang edukasi terbuka.

Siswa, mahasiswa, komunitas lingkungan, hingga instansi pemerintahan rutin berkunjung untuk belajar langsung.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved