Dituduh Jegal Kakak Kelas, Siswa SMA Taruna Malang Asal Surabaya Diduga Jadi Korban Kekerasan Senior

Salah satu siswa SMA Taruna di Malang berinisial A diduga menjadi korban kekerasan di sekolah oleh seniornya.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: irwan sy
nuraini faiq/surya.co.id
KEKERASAN DI SEKOLAH - Orang tua korban kekerasan senioritas di salah satu SMA Taruna di Malang bersama tim pengacara membeber foto anaknya, Selasa (13/5/2025). Salah satu siswa SMA Taruna di Malang berinisial A diduga menjadi korban kekerasan di sekolah oleh seniornya. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Salah satu siswa SMA Taruna di Malang berinisial A diduga menjadi korban kekerasan di sekolah oleh seniornya.

Tidak hanya memar di bagian tubuh, tapi siswa kelas X ini juga terluka di bagian mata.

Sebanyak sembilan jahitan harus dilakukan untuk meredam luka di bagian penting muka itu.

Mata kanan korban robek, sementara bagian perut dan bagian tubuh yang lain juga memar.

Tidak terima anaknya menjadi korban 'tradisi warisan' di sekolah kesamaptaan, Joni, orang tua A memilih melapor ke Polres Malang Kota.

"Saya bawa visum dan saya melapor agar menjadi pembelajaran bagi semua. Saya yakin sekolah juga sudah berbuat maksimal. Mari berbenah bersama," kata Joni didampingi pengacara, Wahyu Ongkowijoyo, Selasa (13/5/2025).

Pengacara yang tergabung dalam Aliansi Advokat Surabaya Raya (AASR) itu memberi dukungan penuh atas pengungkapan kasus dugaan kekerasan anak di sekolah Taruna di Malang.

Perisitwa kekerasan dengan penganiayaan itu sebenarnya sudah terjadi pada 16 Juni 2024 lalu.

Namun orang tua geram karena hingga saat ini laporan ke Polres Malang belum tuntas.

Joni menyerahkannya pada pengacara.

Kronologis
Saat itu menjelang libur sekolah, siswa taruna ada kegiatan.

Setelah mengepel asrama, salah satu senior SMA Taruna itu terjatuh.

Diduga dia jatuh sendiri, bisa jadi terpeleset dan tersentuh pintu.

Senior ini merasa dipermalukan di hadapan junior.

Joni yang mendapat cerita anaknya dan temannya menuduh ada yang ngerjai.

"Anak saya dipukul karena dianggap menjegal. Karena dekat lokasi jatuh, anak saya dipukuli saat itu juga. Anak saya tidak malawan," kata Joni yang akrab disapa Pak Benk.

Lalu tiga jam kemudian, A dipanggil senior itu ke kamar.

Namun korban menolak dan meminta Kakak Asuh untuk memberi saran.

Bukan ke kamar senior tapi malah ke kakak asuh.

Teman senior pelaku merangsek ke kamar kakak asuh A.

Di kamar inilah, korban mendapat kekerasan berikutnya.

"Dan yang menjadi sasaran mata kanan anak saya," urai Joni.

Orang tua A tahu anaknya menjadi korban kekerasan melalui grup WA.

Joni kaget anaknya yang relatif pendiam bertikai.

Akhirnya, Benk yang cemas menjemput ke sekolah, tapi posisi A sudah di rumah sakit.

Setelah menunggu, orang tua korban berhasil menjemput anaknya dibawa pulang ke Surabaya.

"Sehari setelahnya, balik ke Malang. Orang tua dengan niatan baik dan demi kepentingan yang lebih besar melapor ke Polresta Malang. Di sinilah proses mediasi dilakukan. Namun orang tua tetap lurus penegakan hukum," kata Wahyu.

Sementara di sisi lain, pihak sekolah menindaklanjuti kekerasan yang terjadi di SMA Taruna.

Wahyu menyebut bahwa dua pelaku adalah siswa kelas XI.

Dalam perkembangannya keduanya mendapat sanksi tegas.

Kedua senior itu dikeluarkan.

Namun Wahyu mendesak ke Polres Malang Kota untuk menuntaskan proses hukum kekerasan di bawah umur.

Pihaknya juga meminta kantor pemerintah ikut memikirkan masa depan anak, lantaran korban juga masih trauma.

Praktik bullying juga diharapkan diakhiri.

Sebab A saat seleksi mayoret grup drum band SMA Taruna itu alat dan baju disembunyikan.

"Kami menangkap ada keanehan. Sekitar 7 saksi kasus kekerasan yang sudah diperiksa Polresta tiba-tiba kompak mencabut keterangan. Apakah ada intervensi atau apa saya tidak tahu. Kami berbaik sangka saja. Kami mendesak Polresta mengusut tuntas," kata Wahyu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved