Sektor Pertanian Belum Berperan, Pertumbuhan Ekonomi Jember Tahun 2024 Tercatat Turun 0,07 Persen

Ini juga menjadi PR kami, hal itu selaras dengan keinginan presiden bahwa sektor pangan ini menjadi perhatian pemerintah di level pusat

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Deddy Humana
surya/Imam Nahwawi (ImamNahwawi)
MENURUN TIPIS - Bupati Jember, Muhammad Fawait menghadiri paripurna penyampaian LKPJ di gedung DPRD Jember, Senin (24/3/2025). Ia memaparkan pertumbuhan ekonomi Jember selama 2024. 


SURYA.CO.ID, JEMBER - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember pada 2024 mencapai 4,86 persen di 2024. Angka ini relatif menurun sekitar 0,07 persen, dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jember pada 2023 yang mencapai 4,93 persen.

Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang lapangan usaha paling tinggi, yaitu sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 10,41 persen.

Kemudian disusul usaha administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial tumbuh sebesar 7,45 persen, sedangkan lapangan usaha jasa lainnya 7,41 persen.

Diikuti usaha jasa kontruksi 7,17 persen, jasa perusahaan tumbuh 6, 77 persen dan jasa penyediaan akomodasi dan makan minuman tumbuh 6, 49 persen.

Menanggapi hal tersebut Bupati Jember, Muhammad Fawait mengaku sektor pertanian belum memberikan andil signifikan untuk pertumbuhan ekonomi.

"Ini juga menjadi PR kami, hal itu selaras dengan keinginan presiden bahwa sektor pangan ini menjadi perhatian pemerintah di level pusat," kata Gus Fawait, Senin (25/3/2025).

Menurutnya, Pemkab Jember akan memberikan perhatian serius untuk sektor pertanian dalam upaya membangun ketahanan pangan. "Dengan sinergitas antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah terutama di sektor pangan," kata Gus Fawait.

Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Jember, Imam Sudarmaji mengungkapkan penyebab utama sektor pertanian tidak bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi di Kota Tembakau.

"Pertanian adalah bagian pendukung tertinggi mencapai 24 persen. Namun pergerakan di bidang pertanian memang lambat, tidak secepat di bidang perdagangan," papar Imam.

Imam menjelaskan, meskipun produksi hasil pertanian di Jember tinggi tetapi harganya murah di pasaran. Tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di sektor ini. "Katakanlah terjadi panen, terus harganya turun. Pastinya akan mempengaruhi pendapatan di sektor pertanian," tuturnya.

Imam mengakui, saat ini serapan gabah dari petani di Bulog juga masih rendah dan hal tersebut pastinya akan mempengaruhi pendapatan di sektor pertanian. "Karena Bulog harus menyiapkan alat pengering, itu juga yang menjadi kendala dan kesulitan di Bulog," bebernya.

Sementara komponen pertumbuhan konsumsi tertinggi di Jember selama 2024 adalah Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh sebesar 10,58 persen.

Selanjutnya pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 6,16 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 5,06 persen, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,60 persen. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved