Berita Viral

Beda dari Dedi Mulyadi yang Larang Study Tour, Mendikdasmen Abdul Mu'ti Membolehkan dengan Syarat

Berbeda dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang sekolah menggelar study tour.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
KOMPAS.com YOVIE GIVEN NATA WIDJAJA/ADITYA PRADANA PUTRA
STUDY TOUR - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti memberikan keterangan mengenai posisi Tentara Nasional Indonesia di sekolah perbatasan setelah agenda penandatanganan MoU di Gedung A Lantai III, Kompleks Kemendikdasmen, Senin (24/03/25) (kiri) Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menelpon usai mengikuti upacara pelantikan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/2/2025) (kanan) 

SURYA.CO.ID - Berbeda dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang sekolah menggelar study tour.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, justru memperbolehkan study tour, namun dengan syarat. 

Abdul Mu'ti meminta sekolah untuk mengecek kelayakan kendaraan dan kualitas sopir.

"Tolonglah dipastikan betul terutama menyangkut mitra transportasinya karena banyak kecelakaan terjadi," ujar Mu'ti, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com. 

"Jadi, diusahakan agar biro-biro transportasinya yang betul-betul berkualitas, yang kendaraannya layak."

"Sopirnya juga. Memang sopir yang sangat mengutamakan keamanan penumpangnya," lanjutnya.

Mu'ti mengatakan, study tour merupakan bagian dari program sekolah yang bertujuan memberikan pengalaman kepada anak-anak dengan kunjungan ke berbagai tempat.

Namun, Mu'ti mengingatkan, study tour harus direncanakan dengan matang agar kegiatan memiliki nilai manfaat.

Baca juga: Sebut Larangan Study Tour Diinisiasi Dedi Mulyadi Merugikan, Pelaku Industri Pariwisata Sarankan Ini

"Jangan sampai study tour itu hanya menjadi kegiatan yang rutinitas saja yang kaitan dengan pendidikan itu tidak terlaksana," papar dia.

Selain itu, Mu'ti juga mengingatkan sekolah agar study tour tetap dibimbing oleh guru demi keselamatan anak-anak.

"Tetap dibimbing oleh guru-guru, jangan kemudian para murid ini dibiarkan tanpa pengawasan dari para guru sehingga hal-hal yang tidak diinginkan itu dapat kita hindari," ujar dia.

Dedi Mulyadi Tetap Larang Study Tour

Meski Mendikdasmen memperbolehkan study tour, Dedi Mulyadi tetap berpegang teguh pada keputusannya.

Menurut Dedi, study tour selama ini lebih mengarah pada kegiatan wisata daripada perjalanan pendidikan.

"Study tour itu bukan urusan bus atau perjalanan, tetapi lebih kepada bisnis di baliknya."

"Seharusnya ini perjalanan pendidikan, tapi faktanya hari ini lebih banyak didominasi oleh travel dan bisnis pariwisata."

"Jika seperti itu, namanya bukan study tour, melainkan piknik," ujar Dedi Mulyadi.

Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi masyarakat Jawa Barat, terutama bagi orang tua dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. 

Ia menyoroti dampak finansial yang ditanggung orang tua demi memenuhi kebutuhan anak dalam kegiatan study tour yang justru memberatkan. 

"Tidak boleh anak piknik di atas rintihan orang tua. Saya tahu bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Jawa Barat.

Banyak orang tua yang terpaksa berutang atau menjual barang demi membiayai study tour anaknya.

Ini bukan hal sepele. Ada orang tua yang harus mengeluarkan uang jutaan rupiah, padahal itu bukan perkara kecil bagi mereka," tegasnya. 

Selain itu, Dedi juga menyoroti efek sosial dari study tour yang justru berpotensi melahirkan kesenjangan di antara siswa di sekolah. 

"Posisi siswa di kelas bisa menjadi minder karena tidak ikut study tour. Ini melahirkan masalah sosial."

"Saya melarang study tour karena saya peduli dan sayang terhadap warga Jawa Barat, bukan karena alasan lain," jelasnya.

Sebagai alternatif, Dedi Mulyadi menyarankan agar kegiatan pendidikan di luar sekolah tetap bisa dilakukan tanpa harus membebani orang tua dengan biaya besar.

Ia menekankan bahwa esensi pendidikan bukan terletak pada perjalanan jauh, melainkan pada pembelajaran yang bermakna.

"Kalau memang mau study tour, tidak usah jauh-jauh. Lingkungan sekitar masih banyak yang bisa dijadikan bahan pembelajaran."

"Sampah menumpuk di mana-mana, sekolah masih banyak yang kumuh, itu yang seharusnya menjadi perhatian."

"Pendidikan tidak boleh berhenti di level formal saja," katanya.

Dedi juga menegaskan bahwa kebijakan ini sejalan dengan upaya penguatan pendidikan berkarakter di Jawa Barat. 

Ia berharap, keputusan ini bisa melindungi orang tua dari beban ekonomi yang tidak perlu dan memastikan subsidi pendidikan yang telah diberikan pemerintah benar-benar dirasakan oleh masyarakat. 

"Saya tidak melarang study tour dalam arti sebenarnya, tapi faktanya selama ini lebih ke arah piknik."

"Saya ingin memastikan bahwa pendidikan di Jawa Barat benar-benar mengutamakan substansi, bukan sekadar perjalanan tanpa esensi." 

"Jika ada kepala sekolah yang tetap bersikeras mengadakan study tour, silakan berhadapan langsung dengan saya," tegas Dedi.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved